Aku meraba-raba saku celanaku. "Namaku Charles Sitanggang," kataku.
"Terserah," kata Emak Ema ketus. Lima ribu, sayang. Kalau nggak punya, anggap aja lunas."
"Aku rasa aku masih mampu bayar kalau cuma segitu," kataku. "Gaji polisi di Polres Metro memang tidak seberapa, tapi masih cukup untuk secangkir teh."
Mulut Emak Ema tertutup membentuk garis tipis. "Polres? Kamu pikir kamu siapa?"
"Jadi Emak tidak pernah mengira aku polisi?"
"Nggak," dia menjawab tegas. "Ngapain?"
Aku menunjukkan kartu anggota dan surat tugas. "Apakah itu cukup meyakinkan?"
Pandangan berubah menjadi penuh hormat. Dia berbisik gelisah. "Apa yang Bapak inginkan? Saya tidak melakukan kesalahan sama sekali."
"Aku hanya menanyakan beberapa pertanyaan," kataku santai. "Tidak ada hubungannya dengan polisi di sini, sebenarnya. Mereka tidak perlu tahu apa-apa tentang itu, kecuali kalau Emak menginginkannya. Aku rasa Emak bisa membantu."
"Gimana saya bisa membantu Bapak?" Perbuahan nada bicara dan kalimatnya menunjukkan ketegasan. "Saya tidak pernah terlibat dalam apa pun."