Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Penyihir Kota Kembang: VII. Medan Tempur

19 Oktober 2022   16:30 Diperbarui: 19 Oktober 2022   16:33 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Dua hari berlalu.

Citraloka dan Chintami telah mengelilingi pulau itu tiga kali dan tidak menemukan jalan keluar. Hari-hari panas dan malam-malam dingin tanpa bintang, yang mengganggu Citraloka. Ke mana bintang-bintang pergi?

Mereka duduk di tepi pantai dan menyaksikan matahari terbenam dalam kegelapan.

Chintami menatap Citraloka di sampingnya. "Waarom haat hij je zo? Mengapa dia sangat membencimu sampai melakukan sesuatu seperti---" dia mengangkat tangannya ke udara,"--- ini?"

Citraloka mengangkat bahu. "Bisa jadi karena banyak hal," katanya.

"Misalnya..."

"Bisa jadi karena tinggi badan. Saya jauh lebih tinggi dari dia, mungkin itu yang membuatnya tidak nyaman."

Chintami melotot. "Of omdat..."

Citraloka mengangkat bahu lagi. "Mungkin dia iri dengan suaraku. Punya dia menjijikkan. Kamu sudah dengar dia tertawa, kan?"

"Citra!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun