Jakarta! ngantuk turun dari kereta.
berangkat malam semangat menggelora
selebaran kotor dan kata-kata panas
terdorong gertak antusias
revolusionaris nyata
Aku menemukan dua teman
kunci kehidupan
kotak lusuh berisi barang bekas
sampel makanan keju, kopi: siap beraksi
di malam September yang hangat
politik mengintip nektar sensorik
bertekad lebih baik dari aldermaston
saat kita mengalir dari monas ke depan istana
didesak mundur turun ke selatan
menyusur medan merdeka barat berteriak
pengabdian abadi pada kebebasan selamat hari itu
bukan Trafalgar, tidak, patung kuda arjuna wiwaha
slogan yang gagal menjatuhkan kaisar boneka
distrik komersial, ditata rapi dalam grid
anak buah raja menavigasi cepat gelombang massa
milenarian sekarang terjun sebagai pemenang
ke alun-alun tepi sungai yang elegan
siang hari kemudian
sungai tampak bagai laut
memantulkan cahaya unik teluk Jakarta
dibayang-bayang pulau reklamasi bertembok
menyusur sungai ke arah muara
terengah-engah suara marah
benar dan keras
melewati monumen fasis
tanah yang terhambat
masa lalu
benteng kecil berjongkok di atas air
kolom bergalur halus
serambi tertutup lumut
tujuan gedung kura-kura
tempat lahirnya demokrasi baru
yang dipandu para naga
euforia kampanye tengah malam
membuka jalan dengan teriakan
haus darah
"eksekusi!"