Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hari Selasa di Kolam Renang

19 September 2022   22:00 Diperbarui: 19 September 2022   22:00 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bonanzamarketplace.com

aku memikirkan mereka dengan penuh kasih sayang sebagai rambut kaku dan wajah retak dan mereka ada di sana setiap Selasa berenang dan gelombang permanen rambut kaku tak pernah basah. wajah retak memakai topeng tekad ambisi yang tak bisa tembus

bersama-sama mereka menguasai kolam dalam percakapan melekat
penting untuk bernapas saat berenang masuk dan keluar dan kulakukan.
masuk dan keluar dan naik dan turun kupergi

hanya pada hari Selasa mereka dengan gigih menghalangi
semua orang menempatkan kayuh mereka
tak peduli padat kolamnya mereka berikan di kuartal pertama
'tak seaneh rakyat jelata.'

Aku mendengarkan meskipun tidak sepenuhnya mendengar
hari ini memanggang --jika cuaca 'bulan tua'
bawang bombay masuk?
'sebagai apa?'
penyedap rasa
'eh -- tak mengertilah'
seperti saus sambal istimewa
'belajar membuatnya di Texas.'
Kalifornia?

 memicu perubahan dari kerja di rumah ke 'liburan'
hanya 'resor' terbaru yang segera diluncurkan
hanya saat terlewat
ditenggelamkan oleh roti bulat
bernyanyi 'Kemesraan'
nanti dulu
janganlah cepat-cepat berlalu

aku berenang mengitari
karena kau tidak bisa melintasi
tak bergerak atau begergeming untuk siapa pun
muka retak  dan rambut kaku...

mereka terjebak
di alur permainan panjang trivia dari dua kubu, tampaknya
'harus dimarinasi dan ditumis sampai kekuningan sehari sebelumnya
dan inapkanlah semalaman'

inapkanlah? semalaman!
tak percaya haruskan itu
aku bertaruh mereka berbicara ngelindur dalam tidur
tak henti-henti sambil mengangguk-angguk
aku bertaruh 'laki' mereka tidur di kamar terpisah
berasumsi mereka bisa lolos dari kewajiban istri

aku rasa penting untuk bernapas saat berenang
tapi ku tak percaya salah satu dari ini
pernah melepas

Bandung, 19 September 2022

Sumber ilustrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun