Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kelahiran Samsuri

31 Agustus 2022   09:01 Diperbarui: 31 Agustus 2022   09:04 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di kasur kapuk di bilik serambi belakang, Lorra sekarat tua menggigit centong nasi dari kayu. Umat yang setia mendapatkan ganjaran yang sama.

Lorra dalam proses melahirkan yang telah berlangsung berjam-jam. Suaminya, Warno, ingin melakukan ritual menangis bersamanya, tetapi malah menyeka dahinya dengan waslap tipis dan membiarkan Lorra mencakar tangannya yang tak berguna.

Bidan memegang betis Lorra dengan jari-jari baja, dan menyenandungkan potongan lagu dangdut patah hati yang dinyanyikan bocah pada perayaan hari kemerdekaan dengan riang untuk mengiringi para menteri berjoget, lalu mengacak-acaknya menjadi medley lagu daerah dari Sabang sampai Merauke.

"Kamu berhak istirahat hari ini, jadi bangun dan bernapaslah seperti menyedot dan membuang asap rokok," sambil tersenyum membangkitkan semangat.

Cahaya dari jendela memperkuat butiran debu yang mengambang ke rasi bintang.

Dalam saat terengah-engah sang ibu memetakan Pleiades, Orion, Beruang Besar dan Biduk Kecil.

Boneka beruang menunggu berpita kuning, tak masalah jika bayinya lelaki atau perempuan, mengamati dari ambang jendela.

Beberapa status untuk ditulis di media sosial jauh dari pikirannya yang dalam bisu membayangkan darah kental. Sakit mekar kembali. Dia berteriak. Bunga mawar pudar mengembang di lapisan kain batik panjang.

Satu jam kemudian, Samsuri hadir di dunia. Lorra merasa dirinya seperti kulit ari yang berkerut. Warno akan mengatakan kepadanya bahwa dia cantik, bahwa dia seorang juara, bahwa putra mereka sempurna.

Ini adalah terakhir kalinya dalam hidup si anak mendengar deklarasi bapaknya sebagai fakta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun