Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Penyebab Utama Kelahiran Manusia Mirip Ayam Balik ke Kandang

26 Maret 2024   06:30 Diperbarui: 26 Maret 2024   09:27 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://agroindonesia.co.id/

Penyebab utama kelahiran manusia kembali ke bumi tidak beda dengan ayam balik ke kandang. Menurut pengamatan para 'ahli' ayam atau mereka yang menekuni tentang ayam, ada suatu fenomena menarik. Ketika ayam dilepaskan, mereka berkeliaran. Namun, pada sore hari, ayam yang berkeliaran seharian tanpa dicari kembali ke kandang sang pemilik. Telusur punya telusur, ternyata bau kotoran si ayam yang ada di kandang ayam memiliki menjadi daya tarik bagi si ayam, bagaikan daya tarik magnit sehingga ayam bisa dan betah tinggal di kandangnya.

Tidak beda jauh dengan proses penyebab kelahiran kembali manusia. Ketertarikan terhadap kenyamanan indrawi atau kotoran duniawi bagaikan bau kotoran ayam. Diibaratkan bahwa kita semua sekarang berada dalam kandang ayam atau penjara dunia. Saat kematian tiba, roh kita lepas dan terbang ke suatu tempat sementara waktu. Karena bau kotoran dunia yang begitu mengikat atau melekat dalam pikiran/perasaan, yaitu kenyamanan bau dunia, kita untuk kembali untuk lahir ke bumi.

Segala pernak-pernik kenyamanan badaniah bersifat kotor. Mungkin bisa juga dianggap sebagai daya tarik pada frekuensi rendah. Mengapa???

Semua berasal dari ciptaan pikiran manusia untuk mencari kenyamanan tubuh. Sadar atau tidak sadar sesungguhnya kita pemuja berhala kenyamanan atau nafsu untuk memenuhi keinginan badaniah atau indrawi. Kita masih diperbudak nafsu duniawi. Kemudian, karena kita mencari kenyamanan tubuh, kita menggunakan atau memutar otak agar dapat memenuhi keinginan tubuh. Keinginan tubuh dapat dipastikan tidak lepas dari pikiran intelektual, yang berasal dari otak mamalia dan reptilia. Pikiran yang didasarkan untung dan rugi. Didasarkan atas kebutuhan memenuhi kesenangan yang bersifat sementara. Kita masih belum menyadari bahwa jiwa butuh kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang tidak bergantung atau bersandar pada sifat kebendaaan yang tidak abadi.

Ketidaksadaran akan asal mula jiwa individu ini karena manusia lahir dengan dorongan modal utama, avidya atau kebodohan alias ketidaktahuan. Ketidaktahuan bahwa manusia bukanlah hanya tubuh, bukan perasaan, bukan emosi, dan bukan pula pikiran. Karena selama ini kita selalu mengidentifikasikan sebagai tubuh, gelar atau identitas jabatan. Tanpa disadari bahwa kita menjadi penyembah berhala tubuh, kekuasaan, dan harta benda. Kita lupa bahwa sesungguhnya akan kesejatian bahwa: 'Aku Tunggal Adanya.'

Inilah yang dimaksudkan bahwa segala pernak-pernik duniawi bersifat kotor. Lebih jelasnya, yang saya maksudkan kotor dalam arti menjadi penghalang atau jarak untuk menuju penyatuan jiwa individu, ke Sang Maha Sumber; dalam pengertian secara umum sebagai penghuni badan saat hidup. 

Kumpulan dari jiwa individu yang juga bisa dibaratkan sebagai sinar matahari yang memasuki atau menerangi kamar atau tubuh. Sedangkan cahaya matahari di luar kamar/tubuh berasal dari matahari bisa dianggap dengan istilah sebagai 'purusa'. Kumpulam jiwa individu/sinar mewujud menjadi kumpulan cahaya matahari  menyatu kembali dengan Sang Maha Jiwa Agung. Dalam rangkaian penyatuan ini ada penghalang atau hijab yang harus disingkap, yaitu kotornya nafsu duniawi. Ini berasal dari pikiran yang belum sadar akan jati diri atau asal mula jiwa individu, Sang Maha Jiwa Agung.

Dalam kebodohan atau ketidaktahuan, kita selalu mencari kesalahan orang lain saat kita mengalami penderitaan atau musibah, bahkan kita selalu saja menyalahkan Tuhan. Wah Tuhan sedang mencoba saya. Pernah kah kita berpikir : "Urusannya apa Tuhan memberikan cobaan atau ujian?"

Kita lupa akan hukum sebab akibat yang sudah diciptakan Tuhan sebagai aturan dasar di bumi ini. Siapa yang menanam, dia yang akan memetik. Siapa yang menabur, ia juga yang menuai. Di kala kita mengalami penderitaan, kita seharusnya melakukan perenungan kembali, apa penyebab dari penderitaan kita. Semua terjadi karena ulah kita sendiri. Jangan kemudian mencari kambing hitam, wah ini akibat godaan setan. Jika kita teguh dan pikiran jernih serta dalam keadaan senantiasa sadar, mungkinkah setan dapat menggoda kita?

Ya betul, memang dalam pikiran kita sudah ditanamkan bahwa setan sebagai penggoda manusia. Tetapi, pernah kah kita berpikir lagi, mungkin kah setan diciptakan oleh Tuhan? Jangan-jangan setan ini juga diciptakan oleh pikiran manusia yang ingin mencari KAMBING HITAM?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun