***
Tahun ini, rapat kecil kembali digelar untuk memutuskan masalah mengundang Ustaz Abdul Basyar.
“Tahun ini, hidupku ada di tangan Tuhan. Aku bahkan tidak berhasil menabung sama sekali,” ucap Fajri lesu.
Awal berkata, “Sebenarnya, kawan-kawan, aku pun tak punya apa-apa lagi untuk diberikan. Beras di rumah hampir tidak cukup untuk makan anak-anak.”
Hamdan menambahkan, “Tidak ada yang bisa dilakukan selain menjual ternak. Aku akan menjual kambingku.”
Mualim, juru kunci makam, berkata, “Seperti kata pepatah, ‘Kemiskinan dan kesombongan...’ dan seterusnya. Bukankah aku pernah bilang nonton saja acara televisi? Demi Tuhan, aku tak akan lagi menyumbang sepeser pun. Kalian semua merasakan bahwa ini adalah tahun yang buruk. Tuhan memperpanjang umur kita semua, untuk apa? Orang-orang menolak untuk mati!”
Zuhri membalas, “Jangan menggoda takdir!”
“Jadi Ramadan tahun ini akan berlalu dengan diam-diam? Selama dua puluh satu tahun, ini belum pernah terjadi. Kita harus membuat rencana!” kata Ustaz Mukhsin.
Fajri menyahut, “Bahkan desa Kaki Lembah mengadakan malam bersama Ustaz Akhdiyat Tamim tahun ini, hanya untuk mengejek kita.”
“Akhdiyat Tamim itu siapa? Dia bukan lawannya Ustaz Abdul Basyar!”
Setelah berdeham, Ustaz Mukhsin berkata, “Wallahi. Saya punya pemikiran. Bagaimana menurutmu jika kita membuat kesepakatan dengan Kaki Lembah dan menggabungkan apa yang kita punya? Kita akan mengundang Ustaz Abdul Basyar bersama-sama!”