Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ramadan di Desa Ujung Bukit

6 April 2022   12:00 Diperbarui: 6 April 2022   12:02 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

Tahun ini, rapat kecil kembali digelar untuk memutuskan masalah mengundang Ustaz Abdul Basyar.

“Tahun ini, hidupku ada di tangan Tuhan. Aku bahkan tidak berhasil menabung sama sekali,” ucap Fajri lesu.

Awal berkata, “Sebenarnya, kawan-kawan, aku pun tak punya apa-apa lagi untuk diberikan. Beras di rumah hampir tidak cukup untuk makan anak-anak.”

Hamdan menambahkan, “Tidak ada yang bisa dilakukan selain menjual ternak. Aku akan menjual kambingku.”

Mualim, juru kunci makam, berkata, “Seperti kata pepatah, ‘Kemiskinan dan kesombongan...’ dan seterusnya. Bukankah aku pernah bilang nonton saja acara televisi? Demi Tuhan, aku tak akan lagi menyumbang sepeser pun. Kalian semua merasakan bahwa ini adalah tahun yang buruk. Tuhan memperpanjang umur kita semua, untuk apa? Orang-orang menolak untuk mati!”

Zuhri membalas, “Jangan menggoda takdir!”

“Jadi Ramadan tahun ini akan berlalu dengan diam-diam? Selama dua puluh satu tahun, ini belum pernah terjadi. Kita harus membuat rencana!” kata Ustaz Mukhsin.

Fajri menyahut, “Bahkan desa Kaki Lembah mengadakan malam bersama Ustaz Akhdiyat Tamim tahun ini, hanya untuk mengejek kita.”

“Akhdiyat Tamim itu siapa? Dia bukan lawannya Ustaz Abdul Basyar!”

Setelah berdeham, Ustaz Mukhsin berkata, “Wallahi. Saya punya pemikiran. Bagaimana menurutmu jika kita membuat kesepakatan dengan Kaki Lembah dan menggabungkan apa yang kita punya? Kita akan mengundang Ustaz Abdul Basyar bersama-sama!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun