Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menyala

4 April 2022   18:00 Diperbarui: 4 April 2022   18:00 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika Sam sendirian dan isi perutnya menggelegak dan bergemuruh, dia ingat hari ketika dia menelan percikan api yang membakar lidahnya dengan tekstur berasap dan membara, masuk ke tenggorokannya untuk diserap ke dalam asam ususnya. Lezat.

Sejak itu, ucapan Sam disertai dengan percikan kecil yang terbang dari lidahnya. Orang-orang menyaksikan dia berbicara kagum pada bintik-bintik panas yang cemerlang yang keluar dari mulutnya.

Pada awalnya, ada banyak undangan untuk berpesta.

Dia akan melangkah melewati pintu disambut dengan teriakan riuh, "Sam!"

Wanita-wanita cantik mengelilinginya, dan martini dingin berkilau ditaruh di tangannya.

Selama pesta berlangsung, percikannya keluar dari bibir gelas dan memantul di seluruh ruangan, mendarat menjadi kepulan asap kecil. Kadang-kadang mendarat di kulit seseorang, mendesis dan terkubur.

Tidak banyak yang mengeluh.

Percikan apinya menghibur untuk dilihat, memantul di seluruh ruangan.

Menjadi pusat perhatian membuatnya berani untuk membuat kata-katanya lebih merah menyilaukan. Butuh beberapa bulan sebelum Sam belajar bagaimana mengipasi percikan di perutnya. Kini, ketika Sam berteriak, api kuning menyembur keluar dari mulutnya, dan bau gosong dari alis yang terbakar memenuhi udara.

Wanita cantik tidak lagi menggantungkan diri pada bahunya. Orang-orang berbicara dengannya melalui pesan ponsel karena takut hangus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun