Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ikut Campur

1 Februari 2022   17:00 Diperbarui: 1 Februari 2022   17:03 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kami di sini karena kami menyayangimu."

Aku pulang dari kedai tetangga dan menemukan ruang tamuku penuh dengan keluarga dan teman-teman. Ada aroma Black Forest, tapi hari ini bukan hari ulang tahunku.

"Duduk."

Aku lebih suka berdiri, berjaga-jaga kalau aku harus lari. Ada apakah ini? Semua orang terlihat sangat serius. Apakah ada yang sedang sekarat?

"Kami semua mengkhawatirkanmu."

Apa-apaan ini? Aku baik-baik saja. Aku bukan pengguna narkoba. Sudah lama sekali aku menjauhi alkohol dan nikotin. Kurasa berat badanku bertambah. Tapi itu sepertinya bukan alasan yang cukup baik untuk apa pun yang terjadi di sini.

"Ini tentang puisimu."

Apa?

"Puisimu gelap."

Puisiku?

"Dan semakin aneh. Dulu kamu menulis dongeng anak-anak yang mengharukan. Kami menyukainya. Itu membuat orang senang. Tapi sekarang kamu menulis puisi dengan judul seperti 'Mimpi Buruk Siang Bolong Pria Dewasa tentang Masa Remaja' dan 'Di Pasar Lahir, Hidup, dan Mati.'"

Menulis puisi adalah ekspresi kebebasan diri.

"Kami pikir kamu perlu mencoba menulis beberapa cerita manis lagi. Kami akan merasa lebih nyaman."

Aku menulis bukan untuk kalian.

"Kami tahu ini bukan dirimu yang sebenarnya."

Mungkin justru ini aku yang sebenarnya.

"Kami sangat senang kamu mengerti kami. Kami menyayangimu dan ingin kamu bahagia."

Sebenarnya, aku bahagia. Sepertinya, kalian semua yang tak senang.

"Kami akan pulang sekarang. Terima kasih atas pengertiannya. Ingat, kami hanya menginginkan yang terbaik untukmu."

Hei, siapa yang membuat kue sialan ini? Aku mengiris sepotong, membuka laptopku dan mulai menulis puisi berjudul 'O, Belatung nan Cantik!'.

Bandung, 1 Februari 2022

Sumber ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun