Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Batas

5 Agustus 2021   21:03 Diperbarui: 6 Agustus 2021   20:55 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku merokok sebatang demi sebatang, berjalan di sepanjang tepi sungai. Aku berdiri dan mendengar suara gemericik air di atas bebatuan. Tumpukan sampah mencuat dari permukaan air.

Aku terus berjalan, menuju ke jalan raya dan sampai ke terminal bus antar kota. Dua jam jalan kaki, tetapi aku butuh mendengarkan raungan bus melaju, dan lebih lega lagi berada di bangku ruang tunggu, menyaksikan bus keluar masuk dan para penumpang bergegas naik turun.

Aku meminta uang untuk ongkos angkot dan secangkir kopi dari seorang penumpang yang menunggu bus ke Jawa, lalu menuju terminal angkot.

Aku menaiki tangga apartemen dan membuka pintu. Ponsel tergeletak di atas meja dan tidak ada tanda-tanda Obbie. Pintuku diketuk. Tetangga sebelah, Susi.

"Polisi datang," katanya. "Mereka mencarimu."

"Terima kasih," kataku padanya dan menutup pintu tepat di pucuk hidungnya yang kepo.


Aku menyalakan televisi dan mengecilkan suaranya, mencari berita.

Breaking News pukul enam.

Aku melihat wajah Obbie yang pucat dan kumisnya yang berantakan. Teks berjalan di bagian bawah. "Pembunuh Martil kembali ditahan, kembali ke rumah sakit dengan taksi."

Aku telah melakukan kewajibanku. Mungkin menebus sebagian dosaku. Aku menangani situasi dengan belas kasihan, tanpa menjadi pengkhianat atau memanggil polisi.

Aku merindukan masa kejayaanku, perasaan berkuasa seperti saat berpikir bisa membakar rumah orang-orang yang menghinaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun