Dua bulan lalu, Cecilia menjumpaiku dan mengatakan: 'aku hamil'. Dia bilang itu anakku.
Siapa pun yang kenal Cecilia pasti akan menebak bapak bayi setidaknya lima lelaki yang berbeda.
Dia akan membuka kakinya untuk siapa saja yang memiliki kaki ketiga sambil tersenyum.
Tapi kemudian dia mengancam akan memberitahu paman yang memeliharaku sejak kecil. Dan aku panik.
Pamanku bukan orang bodoh yang dengan gampang percaya pada cerita semacam itu, tetapi akhir-akhir ini dia telah mendorongku untuk menikah dan mungkin akan memaksaku menikahi Cecilia.
Pilihannya sederhana: lebih baik menikah dengan perempuan yang biasa menertawakanku, daripada ditertawakan oleh seluruh dunia karena menikahi wanita yang meniduri lebih banyak ranjang daripada nyamuk yang berkeliaran.
Jadi di sinilah aku, membawa seserahan dan mas kawin, akan menikahi seorang gadis yang tidak kucintai. Tapi aku yakin lelaki lain pasti punya alasan yang lebih buruk.
Aku menatapnya lagi. Dia menatapku.
Di sampingku, pamanku bangkit, berjalan ke depan tenda sisi kami, dan meminta hadirin untuk tenang.
Aku tersenyum pada calon istriku.
***