Kalau saja aku bisa bisa bercanda, bilang karena akan melepaskan masa lajang. Tapi hari ini aku sedang tidak ingin tertawa. Perkawinan ini adalah kesepakatan yang dipaksakan.
Dia duduk di antara ibu bapaknya, terlihat tidak secantik saat pertama aku berkenalan dengannya.
Apakah selama ini aku tertipu oleh riasan wajah?
Sudah terlambat untuk mengetahuinya.
Aku tersenyum dan dia balas tersenyum kembali. Senyumku hanya basa-basi karena orang-orang sedang menonton.
Aku tidak mencintainya, tapi hanya aku yang tahu. Ya, aku tidak mencintainya.
Tentu saja tidak.
Dia lebih tua empat tahun, dan lebih sukses, dan ketika kami masih kanak-kanak dia sering mengejekku.
Aku tidak mudah lupa. Sayangnya aku tidak ingat apa yang mengapa dia mengejekku. Mungkin dia biasa mengejek siapa pun.
Sekarang aku harus berpura-pura mencintainya sampai maut memisahkan kami.
Ini tidak seharusnya terjadi-maksudku, aku tidak harus menikahinya. Ini pemaksaan.