Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Reuni

20 Juli 2021   19:48 Diperbarui: 21 Juli 2021   16:54 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiga minggu sudah aku tidak bertemu dengannya.

Dengan gugup aku melaju untuk menjemputnya. Untung saja jalanan lengang karena pembatasan wilayah.

Vanilla. 

Apakah dia juga merindukanku? Atau perasaannya telah berubah? Dia seharusnya tahu bahwa aku merindukannya. Sangat.

Jujur saja, aku tak menyangka bahwa rindu ini bisa begitu dalam. Seberapa sering aku memikirkannya, terutama karena kami baru saling kenal beberapa bulan saja. Mungkin saja dia tak lagi membutuhkanku, perasaannya telah bergnati untuk orang lain, bukan?

Aku sadar, urusan hati tidak bisa ditebak, dan itu membuat perutku mulas sejadi-jadinya.

Aku tiba di tempat yang telah disepakati dan melihatnya di sana, duduk di kursi mobil di tempat parkir. dan melihatnya duduk di taman. Begitu aku keluar dari mobil, ia menoleh dan melihatku. Sesaat aku merasa ketakutan karena dia hanya menatap seakan-akan tidak mengenaliku lagi. Namun kemudian sorot matanya berubah, lehernya membawa kepalanya tegak ....

Kegembiraan terpancar di matanya membuat jantungku berdebar kencang. Dia melompat dan berjalan melintas taman menuju lapangan parkir dan melompat ke dalam pelukanku.

Dalam sukacita, aku hampir tidak melihat tubuh pemuda yang menyusul di belakangnya.

"Ya, dia juga merindukanmu," kata Agus, yang kubayar untuk menjaga Vanilla selama aku menjalani isolasi mandiri.

Tentu saja Agus tak berbohong, karena Vanilla mengibaskan ekornya pertanda gembira.

Bandung, 20 Juli 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun