Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ruang Ujaran Kebencian

11 Juni 2021   19:56 Diperbarui: 11 Juni 2021   20:15 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bapakmu bilang kamu tidak berguna, ada rekamannya saat dia mengatakan hal itu kepada ibumu. Ingat ketika dia menamparmu waktu kamu berusia lima tahun? Itu karena kamu mengecewakannya, pecundang kecil yang tidak bisa punya prestasi apa pun. Dan istrimu, dia memimpikan pria lain, dia punya akun Tinder. Kamu membawa sial bagi semua orang yang kamu cintai, makanya mereka semua membencimu!"

Setengah jam kemudian mulai terasa menyakitkan.

Semuanya yang mereka lontarkan berdasarkan data yang mereka miliki. Sangat pribadi. Mereka berteriak, mereka jahat dan kamu tidak punya cara untuk membela diri. Kamu diikat di kursi, dan dipaksa untuk mendengarkan.

Para penghujat adalah orang-orang asing yang menelan kehidupanmu selayaknya sepiring makanan untuk kemudian dimuntahkannya kembali padamu.

Aku tidak tahu apakah dibayar atau sebagai sukarelawan, tetapi aku menebak mereka ada di situ karena mereka merasa perlu.

Mata menyala seperti api. Banyak hal yang harus mereka bongkar. Aku sama sekali tidak bisa mengerti mengapa aku menjadi target yang begitu meyakinkan, begitu cepat membangkitkan kemarahan mereka, sementara mereka belum pernah bertemu denganku sekali pun.

Ujaran Kebencian itu kasar. Jiwaku terguncang pada akhir sesi tetapi aku menerimanya. Itu sepadan dengan komentar yang kubuat di media sosial tentang Presiden. Aku tahu itu akan menginspirasi seseorang di suatu tempat untuk menjadi berani juga. Satu tindakan pemberontakan bisa menjadi sesuatu yang memicu perubahan, mungkin.

Aku tidak mengharapkan tahap selanjutnya, itu adalah sesuatu yang tidak pernah disebutkan dalam hukuman. Mereka membawaku bertelanjang melalui orang-orang yang marah. Mereka diizinkan untuk melempar buah dan telur busuk dan benda kecil lainnya, dengan cara yang sangat menyakitkan sehingga aku meminta bantuan penjaga, tetapi tentu saja permintaan tolongku sia-sia.

Aku ditempatkan di kursi lain di ruangan gelap lainnya. Aku bertanya-tanya apakah kali ini aku akan dibacakan sebuah putusan pengadilan. Ritual yang masuk akal setelah serangan bertubi-tubi. Terengah-engah. Sebenarnya pelecehan itu rasanya seperti angin sepoi-sepoi dibandingkan perlawanan saat pertama kali aku dibekuk. Tetapi tetap saja, hinaan itu hanya satu arah.

Satu suara laki-laki, yang dingin tanpa empati sama sekali, berkata nyaring.

"Sepuluh pukulan ke wajah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun