Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Untaian Nada Waktu-Waktu

7 Juni 2021   19:16 Diperbarui: 7 Juni 2021   20:27 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita menjadi tua bersama, karena penuaan tidak dapat dihindari kecuali dengan kematian. Kacamataku setebal buku novel dan kamu menggunakan alat bantu dengar, dan harmoni waktu mulai hilang dariku. Aku lebih ,enyukai untaian di mana kamu berada di sisiku saat aku mengembuskan napas terakhir, tetapi kadang-kadang kamu mendahuluiku dan meninggalkanku merana.

***

Para Makhluk Abadi memperingatkan kami tentang bencana yang akan dan tidak akan terjadi, sejuta tahun dari sekarang. Mereka anggap pesan mereka mendesak dan penting. Mereka gagal memahami skala waktu kehidupan kita, bahkan setelah kami menjelaskannya. Begitu mereka memberi peringatan tentang bencana akhir, mereka pergi mencari kehidupan di tempat lain yang tidak bisa melihat bahaya yang akan datang.

Aku menyimpan implanku, bahkan setelah Eternals pergi. Aku berubah selamanya oleh perasaan tentang apa yang telah terjadi dan apa yang mungkin terjadi suatu hari nanti.

Bahkan ketika lagu itu membanjiriku, aku harus tetap mendengarkan. Aku tidak akan memicingkan mata karena cahaya terlalu menyilaukan. Aku tak akan memotong lidahku setelah mencicipi sesuatu yang pahit. Aku berpegang teguh pada nyanyian waktu meskipun itu membuatku meragukan hubunganku dengan manusia.

Mungkin sekarang aku berbeda, tapi aku masih menangis saat memikirkan suara ibuku. Jiwaku membuncah karena emosi saat dia mengatakan bahwa dia mencintaiku, pertama kali aku mendengarnya.

Memori membantuku mengingat siapa aku, tidak peduli seberapa terputusnya sambungan yang kurasakan.

Kenangan terbaik kedua adalah akan bersamamu.

***

Harmoni waktu ketika kita bertemu menjadi satu untaian nada, setelah kita bertemu kini.

Aku menceritakan lelucon, dan menunggu kamu tertawa. Ah, aku berharap kamu tertawa. Tolong, tertawalah untukku. Akan sangat sulit kehilanganmu, karena sekarang kamu ada di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun