Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mogok Saat Ngabuburit

6 Juni 2019   05:56 Diperbarui: 6 Juni 2019   06:11 2252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamu ingin membantah, malu karena tampak lemah. Tapi kamu lelah, dan jika kamu pingsan di sini akan buruk sekali. Mungkin dia akan memanggil ambulan, tapi mungkin sebelumnya dia akan membuat video kepingsananmu dengan kamera gawai dan mengunggahnya ke youtube dan kemudian menjadi viral.

Jadi kamu berdiri menerima kopi hangat yang ditawarkannya sambil sebelah tangan menggenggam pegangan kursi sekuat tenagaagar tidak terguling ketika kamu kembali duduk. Dia membantu memegang kursimu saat kamu menjatuhkan punggungmu ke bawah.

Kamu duduk, menenangkan diri sejenak, menarik napas dalam-dalam.

Dia memberimu roti isi pisang dan menyebutkan jumlah yang harus kamu bayar. Tanganmu gemetar tetapi kamu mencuil roti sedikit demi sedikit dan menyuapkannya ke bibirmu yang menggigil kedinginan.

Uap kopi menyeruak ke dalam lubang hidung. Setetes tumpah ke pangkuanmu menodai celana jins yang  tiga minggu belum dicuci juga, rasa hangat menandakan tetes kopi itu tembus hingga ke kulitmu. Kulit 'itu'. Kamu meringis. Dia menanyakan apakah kopinya panas? Ya, jawabmu.

Kamu ingin pulang, mengganti baju dengan yang kering. Kamu ingin berbaring di tempat tidur.

Gadis itu menanyakan sesuatu padamu. Hidungnya hanya sedepa dari wajahmu. Giginya putih bergingsul dan napasnya harum tapal gigi.

Apakah ada seseorang yang bisa dia hubungi? Tidak ada orang di tempat indekos karena akhir pekan yang panjang. Dia bertanya apakah dia boleh memanggil taksi untuk mengantarmu pulang. Dia ingin kamu pergi sekarang. Dia tak ingin kamu pingsan di tempatnya.

Kamu tidak punya uang karena kartu ATM-mu ditelan oleh mesin yang mendadak mati. Kamu tak dapat membayar taksi. Kamu tak punya uang untuk membayar kopi dan roti isi pisang. Dan kopi membuat kandung kemihmu penuh. Kamu menanyakan di mana kamar kecil. Dia memapahmu ke sana. Memalukan!

Terima kasih, katamu padanya. Akan kamu bayar hari Senin. Dia tersenyum. Giginya putih dan bergingsul,  menebarkan harum pasta gigi. Kamu melihat keluar dan sadar bahwa hujan telah berhenti. Kamu bisa pulang jika sepeda motormu tak mogok.

Dan ajaib, mudah sekali menghidupkan sepeda motormu yang meski kesayangan tadi membawa sial. Kamu sudah mengantungi nomor kontak kasir minimarket itu, Kamu bertekat akan segera kembali untuk melunasi utangmu  besok Sabtu malam. Tentu caranya dengan membuat utang baru di tempat lain. Toh, Senin kamu akan mengurus kartu ATM yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun