Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tanah Menangis dan Langit Meratap

12 Desember 2020   02:07 Diperbarui: 12 Desember 2020   09:07 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di bawah kaki yang kupijak

Kudengar tanah meraung sedih dan terisak-isak

Ku tak kuat menatap langit

Suara meratap memohon dengan matanya yang sembab

Sebab apa wahai tanah dan langit? 


Tak kuasa berkata 

Tanah dan langit terus saja tunjukkan dukanya

Di tanah yang basah air mata

Tetesan air duka  turun dari langit 

Buat tubuhku menggigil kedinginan atas duka mendalam

Akulah manusia 

Begitu egoku teriak lantang 

Manusia terbaik di antara para mahluk

Apa itu mungkin yang ditangisi sang tanah dan langit? 

Kutanya sekali lagi

Benarkah kau menangis karena kau tahu manusia mahluk terbaik? 

Tanah dan langit mengangguk

Jawab saja jangan hanya mengangguk kataku

Tanah berbisik kepada langit 

Langit bercerita tersendat sambil terisak

Manusia tetaplah manusia

Semua sifat ada di manusia

Mengapa manusia membunuh manusia? 

Mengapa manusia memfitnah manusia? 

Masih banyak lagi yang ku tak kuat sebutkan

Entah apa yang ingin diraih manusia di alam yang fana

Sementara kami terus saksikan perjalanan manusia

Kesombongan mematikan manusia

Kekuasaan menelan dan menenggelamkan manusia

Jutaan tahun kami saksikan semua 

Langit semakin terpukul dan larut di kesedihannya 

Tanah merangkul langit seakan rasakan kepedihan yang sama

Lantas dimana terbaiknya manusia sebagai mahluk? 

Jiwaku meronta tak kuasa

Bersimpuh di atas tanah

Merenung di bawah langit

Jika manusia mahluk terbaik

Bukankah darah terlarang tumpah atas sesama manusia ? 

Mengapa fitnah jadi jalan utama capai hasrat? 

Tak elok ku bercermin

Tak berani mendongak 

Menyerahlah wahai manusia seru tanah dan langit

Menyerah dari kesombongan dan kecongkakan 

Sadari waktu akan tiba saatnya tak berdetak

(Isk) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun