Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Siapa Sesungguhnya Makhluk Terbaik ?

29 Mei 2020   19:02 Diperbarui: 29 Mei 2020   19:14 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Reformata.com

Teronggok karung asa dalam penantian. Rasanya sudah lewat empat purnama kita arungi lautan kecemasan. Menanti kabar tak kunjung datang wahai pengabar. Bagaimana bisa kita terkekang tanpa melawan. Hanya bisa bertahan dalam perundungan mahluk tak terlihat namun menusuk hati.

Apa yang kau tunggu adalah yang kutunggu jua. Detak jarum jam serasa mencibir dengan sedikit senyum. Saksikan kita yang duduk manis mulut tersekap. Mengapa tak melawan? Tanya sang waktu yang muncul dari balik jam.

Kamu sombong !! kata sang waktu sambil menepuk pundak kita. Tunjukkan jika kau mahluk terbaik dari yang sudah ada. Lawan apa yang semestinya kau lawan. Tak bisakah kau memukulnya atau membunuhnya agar diketahui sesungguhnya siapa yang terbaik.

Air tetap menari diatas daun talas dengan indahnya. Tarian air seakan menggoda kita yang tak bisa menari dalam licinnya alam. Tak perduli yang kau alami air sudah melihat betapa lemahnya kesombongan yang selama ini terucap. Alam kau rusak... dengan sesama kau menipu..membunuh bahkan memperkosa apa saja yang kamu bisa perkosa.

Kini entah mahluk apa yang buat kamu terdiam lemah tak berdaya ??  Baringkan tubuhmu dan lihatlah ke atas agar tahu bahwa sesungguhnya kamu lemah tapi congkak. Jangan bilang mahluk "itu" biadab. Mahluk "itu" hanya memberi percikan kata tak terucap namun kental terdengar. Kamu bukan apa-apa !! Kamu Jangan sombong sebab kamu tak berdaya teriak sang mahluk.

Ah, apa kubilang. Tak boleh meninggikan derajat tertinggi di muka bumi dan mengaku ciptaan terbaik kalau hanya dengan mahluk tak terlihat semua dibuat lunglai. Lantas dimana kekuatan pangkatmu, kekuasaanmu, kekayaanmu, persenjataanmu. Gunakan semuanya jika mampu bisa menodong dan membuat sang mahluk bertekuk lutut memohon ampun padamu.. wahai kamu!!. Sang mahluk bahkan dengan anggun tak pernah menantang dan lakukan agitasi namun riuh tercipta dari kamu sendiri.

"Mana yang katanya mahluk terbaik di muka bumi ,"sapa sang mahluk "itu"dengan lembut. Sapaan diiringi hinggapan yang membuat kita menjadi ngeri dan coba angkat kedua tangan tanda menyerah. Jika ada ruang untuk berlari pastilah kita berlari. Tapi bagaimana bisa berlari ?? semua alami jalan buntu tak ada jalan keluar.

Inilah pertarungan mahluk berotak paling seru di dunia. Sang mahluk melawan mahluk yang digadang terbaik diantara mahluk lainnya. Pilihan terakhir hanya berdamai. Maksudnya ? ya berdamai, hidup berdampingan tanpa baku hantam atau bagaimana ? ya berdamai saja tanpa melawan lakukan yang sang mahluk minta agar tak berhubungan langsung.

Berdamai yang baik adalah bersalaman dan bertegur sapa. Lalu ini berdamai yang seperti apa ?? Mbuh, Pokoknya amankan diri dan tak lakukan sesuatu yang bisa jadikan sang mahluk  tak berinteraksi dengan saya kamu dan kalian. Itu sih namanya berkonflik karena tak ada tegur sapa dan bergandengan tangan.

Kenapa tidak lebih baik kibarkan bendera putih saja dan katakan kita menyerah ? agar sang mahluk tahu kita berada di koloninya. Tidak !! katakan tidak !! Kita kan sudah tercipta sebagai mahluk terbaik. Tunjukkan kita adalah yang terbaik, sekalipun menyerah ungkapkan dengan kata terbaik yang tidak menunjukkan kita menyerah. Jadi, kita jelas masih mahluk terbaik sekalipun kalah melawan mahluk kecil tak terlihat itu dan tak tahu sampai kapan alami batas waktu kekalahan.  Kita mesti mati dalam kesombongan teriak mahluk terbaik yang tak tahu dimana terbaiknya.

(Isk)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun