Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Dikawal Waktu dan Kalian Penyaksi

29 Desember 2019   13:24 Diperbarui: 29 Desember 2019   13:27 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
xetobyte.deviantart.com

Tahukah kamu dalam setiap detik waktu berjalan
Ada rongga asa yang berproses
Tiada yang tercerabut hingga menempel jadi satu asa menggumpal
Penuhi pergumulan yang menjadi rona tak satu warna
Waktu tetap setia menempel
Hadir dikala apapun tanpa bisa kita lari dari hitungan di penghujung
Tak sempat ku mencatat apa dan bagaimana
Bahkan ingatanpun tak diraih ketika dunia menyambut pertama kali
Aku ada kamu ada kalian ada
Jadi penyaksi disaat proses peran berlangsung
Kesedihan kebahagiaan jadi pilihan hasil
Waktu tak pernah lari
Terus bersama kita dan temani segala prosesnya
Dimana lagi kau kan menepi kala waktu takkan lari
Ada kupasan makna yang tersirat
Tatkala jingga dan menjadi putih
Merah bukanlah arti warna sesungguhnya
Sebab merah bisa saja menjadi putih
Bagimu yang melihatnya putih
Biarkan...biarkan
Serpihan makna biarkan dimaknai sebebasnya
Tak ada yang bisa menuntun dan memaksa
Dan merah pun tak juga marah dikatakan putih
Waktu tak mau tahu atas segala prosesnya
Waktu hanya tahu tetap berdetak
Hingga detaknya ingatkan keberadaan kita
Owhhh.... Dalam diampun waktu akan tetap dengan tugasnya tanpa memiliki tuan
Kita bisa saja menjadi bagian budak waktu
Isi tiap detik dengan titik menarik
Semua bertarung dalam tiap detiknya
Hingga dalam mata terpejampun detik tetap bekerja
Kalbupun juga berdialog walaupun tanpa suara
Hingga kapan aku kamu dan mereka bisa ayunkan khayal dalam jerat waktu
Nikmati saja begitu kata dialog mimpi tak berbatas
Dalam khayal terbersit kepungan ingatan masa lalu
Berlari kecil di sebuah jembatan
Ada kabut kecil menutupi
Rambut tersisir dengan rapih
Kenakan pakaian terbaik dari orang terbaik
Senyum dan senyum terus mengulas
Bermain dan bermain tanpa berfikir adanya badai menerpa didepan
Hingga pada saatnya aku ada dalam situasi atasi badai dalam waktu
Aku tahu pasti orang sebelumnya pasti hadapi badai yang sama
Bahkan lebih dahsyat dan jadi pancang tertanam
Hingga menjadi cerita
Tak ada yang kelu seharusnya
Sekalipun sakit dan tak alami sapaan matahari dengan sinarnya
Waktu akan terus menemani
Catatan waktu dengan dimensinya memberi kabar
Tak ada ukuran pasti dalam raihan
Bersahabatlah dengan waktu
Dengan waktu semua cerita tersirat jelas
Waktu jualah petunjuk akhir segala cerita
Dikala detiknya tak lagi berdetak
(Isk)


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun