Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 147: Kalian akan Menemukannya

26 Mei 2024   09:14 Diperbarui: 26 Mei 2024   10:02 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Kamu baru saja kembali setelah makan siang. Makan siangmu soto ayam, minum es teh, dan berjalan enam putaran mengelilingi taman sebelum mengamati bebek di kolam selama lima menit terakhir dari satu jam istirahatmu.

Selalu sama yang kamu lakukan setiap hari kerja. Kamu menghabiskan beberapa jam terakhir melayani beberapa pelanggan dan kemudian pulang untuk menyelesaikan membaca novel yang baru kamu beli. Kamu merasa nyaman dengan rutinitas. Teratur. Gampang. Membosankan.

Kemudian kamu bertemu dengan dia, dan mendadak kamu menginginkan perubahan.

Waktu itu dia sedang memasang rantai sepeda berwarna hijau kemangi mengkilat di luar perpustakaan saat kamu berbelok di tikungan.

Cakep juga, katamu dalam hati.


Pipimu bersemu merah kesumba saat kamu mengikuti pemilik sepeda itu menaiki tangga pualam, melewati pintu otomatis, dan memasuki kehangatan dan kenyamanan Perpustakaan Wilayah.

Dia berjalan dengan langkah santai dan sepertinya sedang mencari sesuatu. Kamu menaikkan kacamatamu ke pucuk hidung dan berbicara kepadanya dengan lembut, masih memegang tas jinjing cokelat besar I LOVE MY LIBRARY di bahumu. 

"Ada yang bisa aku bantu?"

Dia tampak terkejut karena kamu berbicara dengannya. Mungkin dia tidak memperhatikan langkah kakimu yang mengikutinya ke dalam gedung. Matanya berwarna biru  tua, blasteran, dan kamu membayangkan krayon berwarna langit yang kamu pilih untuk mewarnai samudra di taman kanak-kanak dulu. Wajahnya tampak ramah yang membuat kamu tersenyum.

"Aku bekerja di sini," bisikmu dengan nada penuh rahasia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun