Mohon tunggu...
Wahyu Ali J
Wahyu Ali J Mohon Tunggu... Penulis - Bebas

Life Path Number 11 [08031980]

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Semata Wayang

29 Juli 2023   18:55 Diperbarui: 29 Juli 2023   19:11 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Pixabay Free Image

Aku adalah seorang ayah semenjak dia terlahir, aku seorang yang sangat bersyukur ketika dia dilahirkan. Dia cantik, secantik seseorang yang melahirkannya. Dia menangis, seiring tangis dari seseorang yang bahagia telah melahirkannya.

Waktu menuntun secara perlahan, kini dia yang terlahir telah berusia belasan tahun, tengah menjadi remaja dan akan tidak terasa beranjak dewasa di suatu ketika.

Seseorang itu menjaganya, aku terjaga. Sebab dia laksana permata yang sudah semestinya dijaga sebaik-baiknya. Permata itu sungguh indah, jadi mana bisa tidak mengindahkan dia yang terindah dalam pun bagi hidupku dan seseorang itu.

Pernah, alam bawah sadarku seolah-olah terhenti entah kenapa. Tersenyum, ketika alam sadarku meraihku untuk kembali merasa tersentuh, dan tidak mudah untuk terpengaruh hal-hal yang akan membawaku menujunya buntu.

Betul, mungkin selama ini aku terlalu puitis secara pembawaan diri ketika mencoba memahami ragam situasi, tapi di sisi lainnya aku menemukan keadaan yang sepenuhnya aku menyadari, bahwa perjalanan hidupku tidak mungkin selalu dinamis ataupun melulu romantis.

Aku tau, langit tak mungkin selalu biru. Aku juga paham, ada saatnya aku ini terkapar menghadapi ragam situasi yang lumayan buram. Namun aku juga belajar, untuk tau diri kepada siapa aku akan bisa bersandar.

Aku tau, seseorang itu kadang menggerutu. Aku juga tau, akan ada uji yang sangat mungkin akan jadi serupa friksi atau mediasi dari ragam suasana yang akan dilalui atau belum terlewati olehku, dia, dan seseorang itu selama tinggal bersama di satu tempat yang sama.

Seperti yang terjadi hari ini, saat ini yang adalah detik ini juga. Untung saja bukan situasi yang terkandung friksi, melainkan satu situasi yang aku sangat syukuri.

Semata wayang menyampaikan sesuatu, semata wayang yang masih muda belia memberi tau satu hal yang untukku adalah apa yang sebaiknya aku garis bawahi, mengenai satu hobi yang aku jalani hingga saat ini.

"Ayah, jangan lupa bersedekah." Tuturnya dia semata wayang yang sedikit mengagetkanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun