Mohon tunggu...
Awaludin Rauf Firmansyah
Awaludin Rauf Firmansyah Mohon Tunggu... Teknisi - Educate Yourself - Penggemar Sepak Bola, Sejarah, dan Seni

Just Sharing

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: No More

1 September 2020   08:36 Diperbarui: 1 September 2020   08:38 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Source : Via okezone.com (dengan sentuhan pribadi)

Derai Hujan turun menemani pagi
Kulihat sang mentari masih betah bersembunyi
Sesekali terdengar merdu nyanyian kenari
Seakan menyapa langit yang ditinggal pelangi

Kusandarkan badanku pada dinding yang renta
Kuhela nafas yang tak berhenti setia
Terbayang satu demi satu nestapa
Seribu sesal datanglah setelahnya

Rasa tak tentu makin menyeruak
Keras dan membahana Dalam kuldesak
Godaan tak tentu arah datang mendesak
Tapi kali ini mantap kujawab tidak

Enyahlah..
Semua laku yang sia-sia
Kuingin kembali dalam cerah
Merangkai mimpi yang paling indah
Agar Kelak kan kucapai nirwana

Kini hujan mulai perlahan pergi
Hari yang baru sudah menanti
Menyusuri langkah dengan pasti
Sembari kurayu sang Ilahi
Yang sejuta kali lebih setia dari sang dewi.

Terimakasih telah melengkapi hari, tak akan lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun