Mohon tunggu...
Priscilla Aurelia Xena
Priscilla Aurelia Xena Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Film

Gejolak Feminisme Seorang "Princess Merida" dalam Melakukan Revolusi

14 Oktober 2020   17:25 Diperbarui: 14 Oktober 2020   17:28 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber https://www.npr.org/2012/06/21/155142594/in-brave-a-pixar-princess-at-odds-with-her-place

Siapa yang tak tahu "Brave"?

Sebuah film animasi keluarga yang menceritakan kisah seorang putri kerajaan Dunbroch yang tidak suka diatur selayaknya seorang putri kebanyakan, ia dituntut menjadi putri yang anggun serta lemah lembut. Ia lebih senang berpetualang, berkuda, dan memiliki sikap seperti ayah kandungnya yakni Raja Fergus. Sang putri selalu merasa tidak nyaman dengan aturan yang diberikan, ia selalu memberontak dan mengikuti hasratnya sendiri.

Tanpa diketahui Sang Putri, Elinor yakni sang ibu mengadakan sebuah perjodohan. Siapapun yang berhasil melalui tantangan Sang Raja dan Ratu ia dapat menjadi pasangan Merida ( sang putri). Banyak para lelaki yang berbondong-bondong datang ke kerajaan untuk menaklukan hati Merida. Sang putri yang tidak suka akhirnya menolak dengan cara memenangkan lomba memanah.

Disamping itu, sang ibu Elinor tetap bersikeras untuk melanjutkan perjodohan tersebut. Sang putri yang sedih karena perjodohan tersebut akhirnya pergi untuk menemui seorang penyihir. Merida berkata bahwa ia ingin ibunya berubah supaya dia bisa melakukan hal yang ia sukai tanpa terhalang oleh perjodohan tersebut. Ketika sang ibu memakan kue dari penyihir tersebut, seketika ia berubah menjadi beruang besar yang menakutkan. Tak terkecuali ketiga adiknya yang juga memakan kue tersebut yang mengubah mereka menjadi tiga beruang kecil menggemaskan. Hal tersebut membuat Merida sedih karena dirinya sang ibu menjadi seperti itu. Untuk mengembalikan sang ibu dan ketiga adiknya seperti sedia kala, mereka berdua yakni Merida dan Elinor berusaha mematahkan mantra sang penyihir dan untuk sementara waktu mereka harus tinggal di Hutan agar tidak terbunuh oleh manusia.

Akhir dalam film tersebut saat Merida menyesali perbuatan yang telah ia lakukan kepada ibunya dan ketika sang putri menangisi sang ibu, finally sang ibu dan ketiga adiknya berubah menjadi manusia sungguhan!


So, lalu apa yang ingin kita bahas disini?

Memang film animasi tersebut lebih berfokus terhadap hubungan keluarga terutama hubungan antara ibu dan anak. Tanpa kita sadari, film animasi tersebut juga menyelipkan perspektif feminisme dimana kemunculan karakter feminis tersebut sangat dominan pada tokoh Merida (sang putri). Hal ini dilihat bagaimana seorang Merida berusaha menujukkan eksistensi perempuan dalam mendapatkan sebuah kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri. Beberapa scene memperlihatkan sang putri sebagai perempuan tangguh. Ia berkuda, memanah, berpetualang serta melakukan hal-hal yang dominan dilakukan oleh para kaum lelaki.

sumber https://ziliun.com/articlesbelajar-dari-brave-cara-baru-dapetin-happy-ending/
sumber https://ziliun.com/articlesbelajar-dari-brave-cara-baru-dapetin-happy-ending/

Awal kemunculan teori feminisme sebenarnya sudah ada dan berkembang di Eropa barat, sebelumnya orang tidak terlalu memperdulikan hal tersebut. Tetapi sejak munculnya diskriminasi, opresi, dominasi serta sistem patriarki yang menindas perempuan hal tersebut menjadi sesuatu yang patut diperjuangkan. Ketidakadilan realitas sosial yang diberikan terhadap kaum perempuan melahirkan konflik seperti perempuan dianggap lemah, tidak memiliki power, tak berdaya. Banyak perempuan melawan penindasan tersebut. Dalam film animasi " Brave" perempuan berhak mendapat kebebasan entah berperilaku, berpendapat dan mengikuti kata hati tanpa dihalangi aturan-aturan yang memposisikan perempuan sebagai sosok lemah tak berdaya yang harus memilih jalan hidupnya.

Tokoh Merida dalam "Brave" mencakup nilai dalam teori eksistensialis feminism Simone de Beauvoir serta adanya pembentukan Identitas Feminis (Downing dan Roush). Teori feminisme eksistensialis merupakan sebuah teori yang berfokus pada adanya kebebasan, hubungan interpersonal serta pengalaman hidup selayaknya umat manusia. Seperti yang sudah dipaparkan diatas bahwa seorang Merida yang notabene adalah perempuan menuntut adanya kebebasan dan kebebasan tersebut cenderung didapatkan oleh para kaum lelaki. Selain itu, adanya  teori pembentukkan identitas feminis dimana hal tersebut merupakan tahapan yang dilewati oleh seorang perempuan untuk mendapatkan identitas feminisnya. Terdapat 5 proses pembentukkan dari identitas Merida (Downing dan Roush) yaitu Feminist Idenity Model. Kelima tahapan itu yakni Passive Acceptence, Revelation, Embeddedness-Emanation, Synthesis, and Active Commitment.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun