Mohon tunggu...
Auranita Darmawan
Auranita Darmawan Mohon Tunggu... Copy Editor and Creative Writer - Freelance

Sebagai lulusan Sastra Indonesia, berbicara tentang sastra, bahasa, budaya, dan olahraga jadi pilihan yang tepat. Tak hanya nonfiksi, fiksi juga jadi bidang yang saya geluti.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Vasektomi Bukan Solusi Tunggal, Kolaborasi untuk Kurangi Angka Kemiskinan

1 Mei 2025   13:11 Diperbarui: 2 Mei 2025   10:33 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia perlu ini untuk mengurangi angka kemiskinan, bukan hanya vasektomi (Sumber: Freepik/jcomp)

Akhir-akhir ini media sosial diguncangkan dengan ide Dedi Mulyadi pasal penerima bantuan Pemerintah Jawa Barat harus melakukan vasektomi terlebih dahulu.

Dilansir dari Kompas.com, Gubernur Jawa Barat (Jabar) tersebut menjanjikan insentif bagi para suami yang melakukannya sebesar Rp500.000.

Menurut Dedi, hal ini bisa membantu mengurangi angka kemiskinan di wilayahnya.

"Untuk itu, ya agar kelahirannya diatur dan angka kemiskinan turun karena ini kan yang cenderung anaknya banyak itu cenderung orang miskin," ungkap Dedi, dikutip dari Kompas.com pada Kamis (1/5/2025).

Banyak masyarakat yang melaporkan keluhannya tentang biaya lahiran yang mahal. Ia menyatakan bahwa keluhan itu berasal dari keluarga yang memiliki lebih dari dua anak.

Pro dan Kontra

Untuk ide vasektomi, masyarakat terpecah menjadi dua. Mereka yang setuju merasa keluarga yang tidak mampu membiayai kebutuhan memang harus disadarkan untuk tidak punya banyak anak.

Sebab, menelantarkan anak-anak sama saja dengan melanggar hak asasi manusia. Hak setiap anak mendapatkan sandang, pangan, papan, sampai pendidikan yang layak.

Jika orang tua tidak mampu memenuhinya, jangan memaksakan diri untuk punya banyak anak.

Dari dulu, program Keluarga Berencana (KB) sudah digalakkan. Hal ini bertujuan untuk menekan jumlah penduduk Indonesia yang sudah terlalu banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun