Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Persimpangan Geopolitik: Analisis Krisis Selat Hormuz di Tengah Eskalasi Ketegangan Timur Tengah

24 Juni 2025   18:17 Diperbarui: 24 Juni 2025   18:17 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, lokasi cadangan uranium yang diperkaya tinggi Iran tidak diketahui. Ini menyiratkan bahwa meskipun kerusakan fisik segera mungkin parah, pencapaian tujuan strategis untuk mengakhiri ambisi nuklir Iran secara permanen tidak dijamin dan bahkan dapat memperkuat tekad Teheran untuk mengembangkan bom. 

Respon Cepat Iran

Sebagai balasan, pada 23 Juni 2025, Iran melancarkan serangan rudal balistik ke Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar. Meskipun satu rudal dilaporkan menghantam pangkalan, tidak ada personel Amerika atau Qatar yang terluka, dan kerusakan yang terjadi sangat minim, karena sebagian besar rudal berhasil dicegat. 

Presiden Trump menggambarkan serangan itu sebagai "sangat lemah" dan berterima kasih kepada Iran atas "pemberitahuan awal". Negara-negara Teluk lainnya seperti Bahrain dan Kuwait juga sempat menutup wilayah udara mereka. Serangan balasan Iran terhadap Al Udeid, meskipun simbolis dan menyebabkan kerusakan minimal, berfungsi sebagai respons yang terukur untuk menunjukkan kemampuan tanpa memprovokasi konflik yang lebih luas dan tidak terkendali. 

Serangan Iran terhadap pangkalan AS adalah respons langsung terhadap serangan AS, memenuhi janji balas dendamnya. Namun, kerusakan minimal, tidak adanya korban, dan komentar "pemberitahuan awal" dari Trump menunjukkan respons yang terkontrol, bukan serangan habis-habisan. Hal ini sejalan dengan analisis para ahli bahwa Iran berusaha menghindari "bunuh diri ekonomi" atau "mengasingkan mitra-mitra utama". 

Serangan itu kemungkinan bertujuan untuk menyelamatkan muka di dalam negeri dan menunjukkan pencegahan, sambil menyisakan ruang untuk de-eskalasi, yang segera diikuti oleh pengumuman gencatan senjata Trump. Ini menyoroti tindakan penyeimbangan strategis oleh Iran. Konflik yang lebih luas antara Israel dan Iran telah menyaksikan pertukaran serangan yang berkelanjutan. 

Israel telah menargetkan penyimpanan rudal, infrastruktur peluncuran, dan pusat komando IRGC. Iran, pada gilirannya, telah menargetkan kota-kota Israel seperti Haifa dan Tel Aviv. 

Gencatan Senjata Sepihak?

Pada 23 Juni 2025, Presiden Trump mengumumkan "Gencatan Senjata Lengkap dan Total" antara Israel dan Iran, yang akan dilakukan secara bertahap selama 24 jam, berpuncak pada "Akhir Resmi Perang 12 Hari". Pengumuman ini belum segera dikonfirmasi oleh Israel atau Iran. 

Qatar dilaporkan memediasi gencatan senjata tersebut. Pejabat AS, termasuk Wakil Presiden JD Vance, membingkai serangan AS dan gencatan senjata berikutnya sebagai "momen pengaturan ulang yang penting" bagi kawasan itu, yang bertujuan untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir. 

Gencatan senjata yang diumumkan, meskipun merupakan perkembangan positif, mungkin merupakan de-eskalasi sementara daripada akhir yang definitif bagi ketidakstabilan regional, karena ketegangan mendasar dan tujuan strategis tetap belum terselesaikan. Pengumuman Trump tentang "Gencatan Senjata Lengkap dan Total" adalah perkembangan yang signifikan. 

Namun, kurangnya konfirmasi segera dari Israel atau Iran dan pembingkaian oleh pejabat AS sebagai "momen pengaturan ulang penting" untuk mencegah ambisi nuklir Iran menunjukkan bahwa masalah inti yang mendorong konflik (program nuklir Iran, pengaruh regional) belum terselesaikan. 

Gencatan senjata bisa menjadi jeda taktis, memungkinkan kedua belah pihak untuk menilai dan mengelompokkan kembali, daripada perubahan mendasar menuju perdamaian jangka panjang. Frasa "Perang 12 Hari" menunjukkan konflik yang terkandung dan terbatas, tetapi potensi eskalasi di masa depan tetap tinggi mengingat permusuhan yang mengakar dan keharusan strategis. V. Selat Hormuz: Ancaman versus Realitas Iran memiliki sejarah panjang dalam mengancam penutupan Selat Hormuz, sering kali sebagai alat tawar-menawar strategis selama periode ketegangan yang meningkat, seperti pada tahun 2012 (sanksi) dan 2018-2019 (penarikan AS dari JCPOA). 

Penutupan Selat Hormuz dan Dampaknya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun