Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Memahami Aturan Berpakaian Adat bagi Anak Sekolah

17 April 2024   18:56 Diperbarui: 17 April 2024   19:10 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn-image.hipwee.com/wp-content/uploads/2016/04/hipwee-8-5.jpg

Sekolah juga diberi kewenangan untuk mengatur waktu penggunaan seragam sekolah, seperti hanya pada hari-hari tertentu atau acara formal.

Penggunaan atribut keagamaan diperbolehkan, namun dengan ketentuan tidak berlebihan dan tidak mengganggu ketertiban umum.

Beberapa pihak menyambut baik aturan baru ini, melihatnya sebagai langkah untuk meningkatkan fleksibilitas dan otonomi sekolah dalam mengelola seragam. Diharapkan aturan ini dapat mendorong inovasi dan kreasi dalam desain seragam sekolah yang lebih nyaman dan sesuai dengan kebutuhan siswa.

Dampak Kebijakan Berpakaian Adat di Sekolah

Di sisi lain, beberapa pihak menyuarakan kekhawatiran terkait potensi disparitas dan kesenjangan sosial yang mungkin timbul akibat diberlakukannya aturan baru ini. Kekhawatiran utama adalah terkait dengan kemungkinan adanya peningkatan biaya tambahan bagi keluarga, terutama mereka yang berasal dari kalangan kurang mampu. Dalam konteks ini, kebijakan seragam sekolah baru dapat menjadi beban finansial yang cukup signifikan bagi sebagian orang tua atau wali siswa.

Selain itu, ada pula kekhawatiran akan timbulnya praktik perundungan atau diskriminasi berdasarkan penampilan siswa. Hal ini dapat terjadi jika seragam sekolah baru memberikan dasar bagi siswa untuk saling menilai atau membedakan sesama berdasarkan aspek-aspek seperti model, warna, atau kualitas seragam yang mereka kenakan.

Dampak ekonomi dari implementasi aturan baru ini juga perlu dipertimbangkan dengan cermat. Meskipun kebijakan ini dapat menguntungkan industri tekstil, konveksi, dan toko pakaian seragam melalui peningkatan permintaan, namun dapat juga berdampak negatif bagi toko-toko yang menjual seragam model lama. Penyesuaian terhadap kebutuhan pasar yang berubah ini mungkin memerlukan investasi tambahan atau restrukturisasi dalam bisnis mereka.

Tidak hanya itu, dampak sosial dari kebijakan ini juga menjadi perhatian penting. Potensi munculnya kesenjangan sosial, perundungan, atau diskriminasi menjadi risiko yang perlu diantisipasi. Oleh karena itu, diperlukan upaya edukasi dan sosialisasi yang komprehensif kepada semua pihak terkait, termasuk sekolah, orang tua, siswa, serta masyarakat umum, agar aturan ini dapat diterapkan secara adil dan tidak menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang tujuan dan implikasi dari aturan baru ini, diharapkan dapat tercipta lingkungan pendidikan yang inklusif dan berkeadilan bagi semua.

Manfaat yang Diharapkan

Mengenakan pakaian adat tidak hanya sekadar tindakan berpakaian, tetapi juga merupakan bentuk nyata dari upaya menanamkan rasa nasionalisme di kalangan siswa. Dalam konteks ini, pakaian adat tidak hanya menjadi simbol visual dari kekayaan budaya Indonesia, tetapi juga menjadi medium untuk memperkuat rasa cinta dan kebanggaan terhadap warisan budaya dan identitas nasional. Ketika siswa mengenakan pakaian adat, mereka secara aktif terlibat dalam menjaga dan merayakan tradisi-tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Hal ini membantu mereka mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai budaya Indonesia yang beragam, serta meningkatkan apresiasi terhadap keanekaragaman budaya yang menjadi ciri khas bangsa ini.

Selain itu, kebijakan penggunaan pakaian adat dalam seragam sekolah juga memiliki dampak positif dalam meningkatkan kesetaraan di lingkungan pendidikan. Dengan memastikan bahwa semua siswa, tanpa memandang latar belakang sosial ekonomi, memiliki kesempatan yang sama untuk mengenakan pakaian adat, kebijakan ini secara langsung mendukung prinsip kesetaraan.

Ini berarti bahwa setiap siswa, baik dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang mapan maupun dari keluarga yang kurang mampu, memiliki akses yang sama untuk merasakan dan memperkuat identitas budaya mereka melalui pakaian adat. Dengan demikian, kebijakan ini tidak hanya menciptakan kesetaraan dalam hal berpakaian, tetapi juga secara lebih luas menggalang persatuan di antara siswa dari latar belakang yang beragam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun