Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ruang Sidang Korona

5 Juli 2020   08:12 Diperbarui: 5 Juli 2020   08:12 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak sekali lidah-lidah tercecer di jalanan
Mulai dari lidah bertulang hingga berkarat
Mereka tidak berkata-kata seperti biasa
Hanya menjilat biar mudah mendapat jatah 

Sedangkan di gubuk-gubuk tua di kampung sana
Terkuak tangis tak terbendung dari mata kemelaratan
Sebentar lagi isak tangis kan terdiam
Berdiri pada nasib tak menentu 

Untung saja mereka melejit meninggalkan jejak
Katanya biar bersih tak dapat sindikat
Mereka terlalu bodok melongo menatap kedunguan
Sebentar lagi malaikat maut merenggut tak tersisah 

Banyaklah melihat dengan mata di luar wajah
Mendengar dengan telinga di luar akal sehat
Kelak tersadar hidup tak tertumpuk pada harta sendiri
Masih ada hidup yang berjuang demi hidup itu sendiri 

Dasar para pembebal
Mulut pelatuk gigi bercabang
Mata liar mencari peluang
Menyasar rinai derai kematian 

Bedebah
Sial
Pergi
Mati

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun