Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Omong-omong Para Aktivis

18 Maret 2016   12:44 Diperbarui: 18 Maret 2016   13:15 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Omong itu berbicara bebas. Omongan sering dibahasakan mentereng dengan : wacana. Wacana diangkat menjadi istilah gagah lagi,  bila itu terjadi antar pejabat tinggi atau para dosen perguruan tinggi. Wacana berarti rembug awal. Bagi orang kecil ya tetap saja wacana itu omong-omong belum tentu meningkat sebagai rembug awal.

Aktivis itu pegiat. Biasanya pegiat ada dalam kumpulan/perkumpulan atau bahasa menterengnya komunitas. Pegiat berkegiatan pada umumnya lebih dari yang diwajibkan, lebih dari standar umum. Pegiat melakukan aktivitas tanpa imbalan sama sekali atau tanpa tambahan imbalan atas kelebihannya itu. Biasanya aktivis itu bekerja lebih dari suatu kesadaran bukan dari imbalannya.

Pada suatu waktu saya dihadapkan pada sekelompok aktivis yang menyatakan berpendirian seperti Ahok. Menurut mereka ini Ahok adalah tokoh yang berani berbeda dan berani menentang arus karena berkeyakinan bertindak atas dasar kebenaran yang diyakini. Para aktivis ini menyatakan diri sebagai orang yang mau membongkar kemapanan dan mendorong kepada perubahan menuju keperbaikan. Yah Puji Tuhan dan angkat topi kepada para pemberani seperti itu. Menurut saya disini, sekali lagi disini, Ahok sudah dicitrakan sedemikian itu.  Para Aktivis tadi bukan orang berdomisili Jakarta. Melihat “dari jauh”. Menerima aroma namanya.

Tanpa mengurangi penghargaan terhadap semangat tinggi para aktivis, dan tanpa maksud meragukan atau membesarkan citra dan pencitraan, saya mengajak semuanya tetap menginjak bumi. Sebab aktivis baru, dengan semangat baru yang membara tidak luput dari banyaknya prasangka dan kurang teliti  mempelajari situasi yang sebenarnya, tentang latar belakang kejadian, tentang kaitan setiap peristiwa dengan stikholder, dan wawasan pelbagai macam tentang kemapanan.

Pada tahun 1980 sebagai salah satu orang yang dianggap senior oleh teman2 alumni sekolah kami dahulu, saya diundang menghadiri pertemuan mereka ber“omong-omong” temu kangen. Mereka ada yang masih dirumah ada yang telah marantau, tetapi demi cinta daerahnya bersedia rutin bertemu kembali. Dengan omong-omong sana sini mereka sampai kepada keinginan bisa menjadi think tankage bagi komunitas setempat. Saya sebagai salah satu orang setempat saya mengatakan : Bagi komunitas ini yang dibutuhkan sebenarnya bukan pemikir, tetapi terlebih-lebih ialah aktivis. Demikian cerita lama pada tahun 1980.

Kembali pada omongan para aktivis masa kini yang menjadikan Ahok sebagai tipe idealnya, seorang pemuka agama setempat ikut memberi sumbangan omongan. Atau sebagai tokoh agama setempat merasa perlu memberi tanggapan. Dikatakan bahwa dalam kelompoknya yang dibutuhkan adalah Pemikir, Aktivis, dan Pendoa.

Karena berbicara dengan kaum muda sangat dibutuhkan sikap yang arif, agar tidak mematahkan semangat. Harus dijauhkan sikap yang kontra produktif. Kita memberikan sambutan dan sedikit kritis, bisa dianggap melawan karena kita dianggapnya orang2 yang mapan dan tidak mau perubahan.

Sikap yang bijak sebenarnya entah itu pemikir, entah itu aktivis, entah itu pendoa. Tetapi yang diperlukan lebih dari kepemimpinan sekarang adalah “keteladanan”.

Jadi buat generasi muda madya dan tua, pemikir, pelaksana / aktivis, maupun pendoa, siapapun yang didepan (pemimpin) salah satu unsur yang dihauskan adalah keteladanan.

Omongan ini,  wacana yang harus ditindak lanjuti.

Salam dan hormatku untuk anda para Pembaca

Ganjuran,18 Maret 2016,  Emmanuel Astokodatu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun