Tiga : Keterbatasan kesempatan nyata, mengenai waktu, dan tempat mengurangi peluang adanya alternatip atau bahkan peluang membuat pertimbangan itu sendiri bisa membuat jatuh pada dilema.. Â
Empat : Kurang Keberanian ambil resiko justru membentur dilema, bahkan dilema itu menjadi berkepanjangan. Sebab memang tidak segera ada keputusan yang menghakhiri dilema..
Lima : Tidak adanya Kerelaan memberi maaf, tidak adanya toleransi dan tidak ada semangat untuk kerja keras  adalah kekurangan yang meletakkan batas-batas peluang membuka keluasan pilihan.
Nah ternyata banyak hal bisa didalami dalam hal seputar Pengambilan keputusan  Dari perihal 'memetik hikmah, menghindari kesempitan membuat pertimbangan, hingga upaya menjauhkan diri dari keharusan "Mengambil keputusan Dilematik".
Selanjutnya melihat praksis bisa kita amati dari kehidupan nyata pembelajaran dari "Pengambil Keputusan" yang mencuat ini : Â Bung Karno, Pemimpin Besar Revolusi; Suharto, Bapak Pembangunan; Prof.Dr.Habibi, Ir.Jokowidodo yang prestasi dan namanya kesohor hingga keluar negeri. Â Mereka semua manusia yang tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan, tetapi bila kita berkacamata kejujuran akan menemukan ciri sebagai Pengambil Keputusan jitu yang ada pada mereka itu.
Pembaca yang budiman, dari semua itu tanpa mengurangi kehormatan pada demikian banyaknya cara pandang dalam kehidupan kita ini saya masih menarik pembelajaran ini:
(satu)  Diperlukan keheningan dan pelepasan diri dari kerakusan dan ketamakan,serta  kesombongan untuk memperoleh keseimbangan keselarasan harmoni dalam kehidupan
(dua) Â Badai Keributan dan permasalahan diperumit oleh kesalahan dan dipersalahkan, menyalahkan dan membenci. Kesemuanya lebih banyak ada di manusianya dalam kebersamaan.
(tiga) Â Keteduhan dari kedamaian dan permaafan harus diproses panjang dengan kerelaan dan kemauan kerja keras untuk mencapai harmoni kehidupan.
Beberapa waktu yang lalu saya menulis di Facebook tentang Harmoni Kehidupan yang didukung oleh sikap dalam kesadaran penuh yang dinamis dan beriman yang damai. Dengan gaya bahasa yang elegan menjadi : Mindfullness yang beriman adalah Harmoni Kehidupan yang dinamis dan damai. Banyak teman memberi respon positip, komen maupun like.
Sebab  Damai itu sukacita penuh kepuasan yang gemulai dalam ketenangan , dan suka cita itu damai penuh kepuasan yang dinamis berjoget..