Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dilema dan Keputusan dalam Danau Kehidupan

24 Maret 2021   10:26 Diperbarui: 24 Maret 2021   10:44 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hidup ini, hidup kita sendiri maupun hidup orang lain dimata kita saya lihat serupa danau. Danau kehidupan ini tidak seluas samodra yang berbatasan benua satu dengan benua lainnya. Danau kehidupan kita sangat terbatas,namun juga memiliki kedalaman dan keluasannya sendiri.

Kedalaman pribadi orang banyak tidak terduga, kedalaman pribadi kita kadang juga menjadi teka teki pribadi tersendiri. Keluasan danau kehidupan kita yang terbatas oleh daratan situasi dan kondisi mampu mengundang badai kehidupan dan punting beliung permasaalahan.

Masalah yang paling susah dan menyusahkan adalah ketika kita bertemu satu dilema. Dilema adalah persimpangan jalan menuju dua pilihan yang keduanya tidak mengenakkan. Kedua pilihan yang sama menyusahkan, membuahkan kerugian yang berat, padahal harus dipilih. Dilema hanya selesai ketika diambil keputusan. Dilema adalah tantangan bagi setiap pengambil keputusan.Dan kita semua akan selalu menjadi Pengambil Keputusan.

Ketika dilema sudah tersusun dan keputusan sudah sedang dilaksanakan, maka itu sudah sedang menjadi 'pengalaman'. Catatlah liku-liku pengalaman itu, dan bersiaplah mengalami menerima akibat/buah dari keputusan itu. Sebab buah dan atau dampak keputusan itu mungkin saja tidak terjadi seperti diramalkan sebelumnya. Dampak yang dikuatirkan menyusahkan mungkin karena faktor tak terduga menjadi lain kejadiannya. Dan tuntaslah riwayat Dilema itu.

Dilema juga bakal tidak ada apabila ditemukan ada pilihan lain lagi .Sayangnya peluang ditemukannya alternatip itu juga ada musuh dan penghambat sehingga kaharusan mengukuhkan adanya dilema. Padahal banyaknya pilihan alternatip membuat dilema musna.

Akan tetapi baik untuk mengkaji pengalaman mengambil keputusan dilematis, maupun masih mengkaji ulang proses tersusunnya dilema, kita bisa belajar dari langkah yang pernah saya tulis disini sebelum ini. Bagaimana mengambil manfaat dari peristiwa(yang diberitakan dan diisukan), kita bisa juga memakai langkahnya : (satu) ingat segala sesuatu itu berproses; (dua) diperlukan ada analisa; (tiga) memilih perspektif; (empat) fokus; (lima) follow-up dengan keputusan.

Proses terjadinya Dilema yang bisa kita perkirakan :

Satu :  Radikalisme atau fanatisme cara berfikir. Dilema mudah diciptakan oleh para pemikir yang  berprinsip keras terhadap kehidupan. Dengan terlahirnya satu keputusan tegas pertama berekor terus dengan keputusan tegas berikuitnya hingga membentur pada dilema

Dua :  Sikap pribadi traumatis membatasi pilihan. Ingatan dan ketakutan terjadinya pengalaman pahit disatu tempat tertentu akan membatasi peluang memilih tempat tersebut. Trauma dan ketakutan memikirkan pengalaman pahit masa silam dapat membuat orang menjadi enggan memikirkan masa lalu.. Bahkan masa-lalunya orang lainpun dicurigai merugikan dan seakan segala masa-lalu tidak baik untuk dipertimbangkan. Yang demikian itu membatasi penemuan alternatip.

Tiga : Keterbatasan kesempatan nyata, mengenai waktu, dan tempat mengurangi peluang adanya alternatip atau bahkan peluang membuat pertimbangan itu sendiri bisa membuat jatuh pada dilema..  

Empat : Kurang Keberanian ambil resiko justru membentur dilema, bahkan dilema itu menjadi berkepanjangan. Sebab memang tidak segera ada keputusan yang menghakhiri dilema..

Lima : Tidak adanya Kerelaan memberi maaf, tidak adanya toleransi dan tidak ada semangat untuk kerja keras  adalah kekurangan yang meletakkan batas-batas peluang membuka keluasan pilihan.

Nah ternyata banyak hal bisa didalami dalam hal seputar Pengambilan keputusan  Dari perihal 'memetik hikmah, menghindari kesempitan membuat pertimbangan, hingga upaya menjauhkan diri dari keharusan "Mengambil keputusan Dilematik".

Selanjutnya melihat praksis bisa kita amati dari kehidupan nyata pembelajaran dari "Pengambil Keputusan" yang mencuat ini :  Bung Karno, Pemimpin Besar Revolusi; Suharto, Bapak Pembangunan; Prof.Dr.Habibi, Ir.Jokowidodo yang prestasi dan namanya kesohor hingga keluar negeri.  Mereka semua manusia yang tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan, tetapi bila kita berkacamata kejujuran akan menemukan ciri sebagai Pengambil Keputusan jitu yang ada pada mereka itu.

Pembaca yang budiman, dari semua itu tanpa mengurangi kehormatan pada demikian banyaknya cara pandang dalam kehidupan kita ini saya masih menarik pembelajaran ini:

(satu)  Diperlukan keheningan dan pelepasan diri dari kerakusan dan ketamakan,serta  kesombongan untuk memperoleh keseimbangan keselarasan harmoni dalam kehidupan

(dua)  Badai Keributan dan permasalahan diperumit oleh kesalahan dan dipersalahkan, menyalahkan dan membenci. Kesemuanya lebih banyak ada di manusianya dalam kebersamaan.

(tiga)  Keteduhan dari kedamaian dan permaafan harus diproses panjang dengan kerelaan dan kemauan kerja keras untuk mencapai harmoni kehidupan.

Beberapa waktu yang lalu saya menulis di Facebook tentang Harmoni Kehidupan yang didukung oleh sikap dalam kesadaran penuh yang dinamis dan beriman yang damai. Dengan gaya bahasa yang elegan menjadi : Mindfullness yang beriman adalah Harmoni Kehidupan yang dinamis dan damai. Banyak teman memberi respon positip, komen maupun like.

Sebab  Damai itu sukacita penuh kepuasan yang gemulai dalam ketenangan , dan suka cita itu damai penuh kepuasan yang dinamis berjoget..

Inilah pembelajaran dari pengalaman, sebab Pengalaman itu saudara tua dari eksperimen. Eksperimen itu upaya mencari pengalaman dan pengalaman itu kekayaan kehidupan. Itu semua dicapai dengan kerja keras, sebab kerja keras itu juga relaksasi yang dinamis dan pilihan dinamika yang bijak.

Demikan permenungan saya, silahkan melanjutkannya, tetapi tolong terima permintaan maaf saya bila ada salah kata, dan terima salam hormat saya.

Ganjuran, Maret 23 2021. Emmanuel Astokodatu.  

Hidup ini, hidup kita sendiri maupun hidup orang lain dimata kita saya lihat serupa danau. Danau kehidupan ini tidak seluas samodra yang berbatasan benua satu dengan benua lainnya. Danau kehidupan kita sangat terbatas,namun juga memiliki kedalaman dan keluasannya sendiri.

Kedalaman pribadi orang banyak tidak terduga, kedalaman pribadi kita kadang juga menjadi teka teki pribadi tersendiri. Keluasan danau kehidupan kita yang terbatas oleh daratan situasi dan kondisi mampu mengundang badai kehidupan dan punting beliung permasaalahan.

Masalah yang paling susah dan menyusahkan adalah ketika kita bertemu satu dilema. Dilema adalah persimpangan jalan menuju dua pilihan yang keduanya tidak mengenakkan. Kedua pilihan yang sama menyusahkan, membuahkan kerugian yang berat, padahal harus dipilih. Dilema hanya selesai ketika diambil keputusan. Dilema adalah tantangan bagi setiap pengambil keputusan.Dan kita semua akan selalu menjadi Pengambil Keputusan.

Ketika dilema sudah tersusun dan keputusan sudah sedang dilaksanakan, maka itu sudah sedang menjadi 'pengalaman'. Catatlah liku-liku pengalaman itu, dan bersiaplah mengalami menerima akibat/buah dari keputusan itu. Sebab buah dan atau dampak keputusan itu mungkin saja tidak terjadi seperti diramalkan sebelumnya. Dampak yang dikuatirkan menyusahkan mungkin karena faktor tak terduga menjadi lain kejadiannya. Dan tuntaslah riwayat Dilema itu.

Dilema juga bakal tidak ada apabila ditemukan ada pilihan lain lagi .Sayangnya peluang ditemukannya alternatip itu juga ada musuh dan penghambat sehingga kaharusan mengukuhkan adanya dilema. Padahal banyaknya pilihan alternatip membuat dilema musna.

Akan tetapi baik untuk mengkaji pengalaman mengambil keputusan dilematis, maupun masih mengkaji ulang proses tersusunnya dilema, kita bisa belajar dari langkah yang pernah saya tulis disini sebelum ini. Bagaimana mengambil manfaat dari peristiwa(yang diberitakan dan diisukan), kita bisa juga memakai langkahnya : (satu) ingat segala sesuatu itu berproses; (dua) diperlukan ada analisa; (tiga) memilih perspektif; (empat) fokus; (lima) follow-up dengan keputusan.

Proses terjadinya Dilema yang bisa kita perkirakan :

Satu :  Radikalisme atau fanatisme cara berfikir. Dilema mudah diciptakan oleh para pemikir yang  berprinsip keras terhadap kehidupan. Dengan terlahirnya satu keputusan tegas pertama berekor terus dengan keputusan tegas berikuitnya hingga membentur pada dilema

Dua :  Sikap pribadi traumatis membatasi pilihan. Ingatan dan ketakutan terjadinya pengalaman pahit disatu tempat tertentu akan membatasi peluang memilih tempat tersebut. Trauma dan ketakutan memikirkan pengalaman pahit masa silam dapat membuat orang menjadi enggan memikirkan masa lalu.. Bahkan masa-lalunya orang lainpun dicurigai merugikan dan seakan segala masa-lalu tidak baik untuk dipertimbangkan. Yang demikian itu membatasi penemuan alternatip.

Tiga : Keterbatasan kesempatan nyata, mengenai waktu, dan tempat mengurangi peluang adanya alternatip atau bahkan peluang membuat pertimbangan itu sendiri bisa membuat jatuh pada dilema..  

Empat : Kurang Keberanian ambil resiko justru membentur dilema, bahkan dilema itu menjadi berkepanjangan. Sebab memang tidak segera ada keputusan yang menghakhiri dilema..

Lima : Tidak adanya Kerelaan memberi maaf, tidak adanya toleransi dan tidak ada semangat untuk kerja keras  adalah kekurangan yang meletakkan batas-batas peluang membuka keluasan pilihan.

Nah ternyata banyak hal bisa didalami dalam hal seputar Pengambilan keputusan  Dari perihal 'memetik hikmah, menghindari kesempitan membuat pertimbangan, hingga upaya menjauhkan diri dari keharusan "Mengambil keputusan Dilematik".

Selanjutnya melihat praksis bisa kita amati dari kehidupan nyata pembelajaran dari "Pengambil Keputusan" yang mencuat ini :  Bung Karno, Pemimpin Besar Revolusi; Suharto, Bapak Pembangunan; Prof.Dr.Habibi, Ir.Jokowidodo yang prestasi dan namanya kesohor hingga keluar negeri.  Mereka semua manusia yang tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan, tetapi bila kita berkacamata kejujuran akan menemukan ciri sebagai Pengambil Keputusan jitu yang ada pada mereka itu.

Pembaca yang budiman, dari semua itu tanpa mengurangi kehormatan pada demikian banyaknya cara pandang dalam kehidupan kita ini saya masih menarik pembelajaran ini:

(satu)  Diperlukan keheningan dan pelepasan diri dari kerakusan dan ketamakan,serta  kesombongan untuk memperoleh keseimbangan keselarasan harmoni dalam kehidupan

(dua)  Badai Keributan dan permasalahan diperumit oleh kesalahan dan dipersalahkan, menyalahkan dan membenci. Kesemuanya lebih banyak ada di manusianya dalam kebersamaan.

(tiga)  Keteduhan dari kedamaian dan permaafan harus diproses panjang dengan kerelaan dan kemauan kerja keras untuk mencapai harmoni kehidupan.

Beberapa waktu yang lalu saya menulis di Facebook tentang Harmoni Kehidupan yang didukung oleh sikap dalam kesadaran penuh yang dinamis dan beriman yang damai. Dengan gaya bahasa yang elegan menjadi : Mindfullness yang beriman adalah Harmoni Kehidupan yang dinamis dan damai. Banyak teman memberi respon positip, komen maupun like.

Sebab  Damai itu sukacita penuh kepuasan yang gemulai dalam ketenangan , dan suka cita itu damai penuh kepuasan yang dinamis berjoget..

Inilah pembelajaran dari pengalaman, sebab Pengalaman itu saudara tua dari eksperimen. Eksperimen itu upaya mencari pengalaman dan pengalaman itu kekayaan kehidupan. Itu semua dicapai dengan kerja keras, sebab kerja keras itu juga relaksasi yang dinamis dan pilihan dinamika yang bijak.

Demikan permenungan saya, silahkan melanjutkannya, tetapi tolong terima permintaan maaf saya bila ada salah kata, dan terima salam hormat saya.

Ganjuran, Maret 23 2021. Emmanuel Astokodatu.  

Hidup ini, hidup kita sendiri maupun hidup orang lain dimata kita saya lihat serupa danau. Danau kehidupan ini tidak seluas samodra yang berbatasan benua satu dengan benua lainnya. Danau kehidupan kita sangat terbatas,namun juga memiliki kedalaman dan keluasannya sendiri.

Kedalaman pribadi orang banyak tidak terduga, kedalaman pribadi kita kadang juga menjadi teka teki pribadi tersendiri. Keluasan danau kehidupan kita yang terbatas oleh daratan situasi dan kondisi mampu mengundang badai kehidupan dan punting beliung permasaalahan.

Masalah yang paling susah dan menyusahkan adalah ketika kita bertemu satu dilema. Dilema adalah persimpangan jalan menuju dua pilihan yang keduanya tidak mengenakkan. Kedua pilihan yang sama menyusahkan, membuahkan kerugian yang berat, padahal harus dipilih. Dilema hanya selesai ketika diambil keputusan. Dilema adalah tantangan bagi setiap pengambil keputusan.Dan kita semua akan selalu menjadi Pengambil Keputusan.

Ketika dilema sudah tersusun dan keputusan sudah sedang dilaksanakan, maka itu sudah sedang menjadi 'pengalaman'. Catatlah liku-liku pengalaman itu, dan bersiaplah mengalami menerima akibat/buah dari keputusan itu. Sebab buah dan atau dampak keputusan itu mungkin saja tidak terjadi seperti diramalkan sebelumnya. Dampak yang dikuatirkan menyusahkan mungkin karena faktor tak terduga menjadi lain kejadiannya. Dan tuntaslah riwayat Dilema itu.

Dilema juga bakal tidak ada apabila ditemukan ada pilihan lain lagi .Sayangnya peluang ditemukannya alternatip itu juga ada musuh dan penghambat sehingga kaharusan mengukuhkan adanya dilema. Padahal banyaknya pilihan alternatip membuat dilema musna.

Akan tetapi baik untuk mengkaji pengalaman mengambil keputusan dilematis, maupun masih mengkaji ulang proses tersusunnya dilema, kita bisa belajar dari langkah yang pernah saya tulis disini sebelum ini. Bagaimana mengambil manfaat dari peristiwa(yang diberitakan dan diisukan), kita bisa juga memakai langkahnya : (satu) ingat segala sesuatu itu berproses; (dua) diperlukan ada analisa; (tiga) memilih perspektif; (empat) fokus; (lima) follow-up dengan keputusan.

Proses terjadinya Dilema yang bisa kita perkirakan :

Satu :  Radikalisme atau fanatisme cara berfikir. Dilema mudah diciptakan oleh para pemikir yang  berprinsip keras terhadap kehidupan. Dengan terlahirnya satu keputusan tegas pertama berekor terus dengan keputusan tegas berikuitnya hingga membentur pada dilema

Dua :  Sikap pribadi traumatis membatasi pilihan. Ingatan dan ketakutan terjadinya pengalaman pahit disatu tempat tertentu akan membatasi peluang memilih tempat tersebut. Trauma dan ketakutan memikirkan pengalaman pahit masa silam dapat membuat orang menjadi enggan memikirkan masa lalu.. Bahkan masa-lalunya orang lainpun dicurigai merugikan dan seakan segala masa-lalu tidak baik untuk dipertimbangkan. Yang demikian itu membatasi penemuan alternatip.

Tiga : Keterbatasan kesempatan nyata, mengenai waktu, dan tempat mengurangi peluang adanya alternatip atau bahkan peluang membuat pertimbangan itu sendiri bisa membuat jatuh pada dilema..  

Empat : Kurang Keberanian ambil resiko justru membentur dilema, bahkan dilema itu menjadi berkepanjangan. Sebab memang tidak segera ada keputusan yang menghakhiri dilema..

Lima : Tidak adanya Kerelaan memberi maaf, tidak adanya toleransi dan tidak ada semangat untuk kerja keras  adalah kekurangan yang meletakkan batas-batas peluang membuka keluasan pilihan.

Nah ternyata banyak hal bisa didalami dalam hal seputar Pengambilan keputusan  Dari perihal 'memetik hikmah, menghindari kesempitan membuat pertimbangan, hingga upaya menjauhkan diri dari keharusan "Mengambil keputusan Dilematik".

Selanjutnya melihat praksis bisa kita amati dari kehidupan nyata pembelajaran dari "Pengambil Keputusan" yang mencuat ini :  Bung Karno, Pemimpin Besar Revolusi; Suharto, Bapak Pembangunan; Prof.Dr.Habibi, Ir.Jokowidodo yang prestasi dan namanya kesohor hingga keluar negeri.  Mereka semua manusia yang tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan, tetapi bila kita berkacamata kejujuran akan menemukan ciri sebagai Pengambil Keputusan jitu yang ada pada mereka itu.

Pembaca yang budiman, dari semua itu tanpa mengurangi kehormatan pada demikian banyaknya cara pandang dalam kehidupan kita ini saya masih menarik pembelajaran ini:

(satu)  Diperlukan keheningan dan pelepasan diri dari kerakusan dan ketamakan,serta  kesombongan untuk memperoleh keseimbangan keselarasan harmoni dalam kehidupan

(dua)  Badai Keributan dan permasalahan diperumit oleh kesalahan dan dipersalahkan, menyalahkan dan membenci. Kesemuanya lebih banyak ada di manusianya dalam kebersamaan.

(tiga)  Keteduhan dari kedamaian dan permaafan harus diproses panjang dengan kerelaan dan kemauan kerja keras untuk mencapai harmoni kehidupan.

Beberapa waktu yang lalu saya menulis di Facebook tentang Harmoni Kehidupan yang didukung oleh sikap dalam kesadaran penuh yang dinamis dan beriman yang damai. Dengan gaya bahasa yang elegan menjadi : Mindfullness yang beriman adalah Harmoni Kehidupan yang dinamis dan damai. Banyak teman memberi respon positip, komen maupun like.

Sebab  Damai itu sukacita penuh kepuasan yang gemulai dalam ketenangan , dan suka cita itu damai penuh kepuasan yang dinamis berjoget..

Inilah pembelajaran dari pengalaman, sebab Pengalaman itu saudara tua dari eksperimen. Eksperimen itu upaya mencari pengalaman dan pengalaman itu kekayaan kehidupan. Itu semua dicapai dengan kerja keras, sebab kerja keras itu juga relaksasi yang dinamis dan pilihan dinamika yang bijak.

Demikan permenungan saya, silahkan melanjutkannya, tetapi tolong terima permintaan maaf saya bila ada salah kata, dan terima salam hormat saya.

Ganjuran, Maret 23 2021. Emmanuel Astokodatu.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun