Mohon tunggu...
Assilanul Qurani
Assilanul Qurani Mohon Tunggu... Mahasiswa

halo selamat datang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Candi Kidal

9 Januari 2025   16:30 Diperbarui: 16 Januari 2025   18:03 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Relief Garudeya Candi Kidal 

Candi Kidal

 

Candi Kidal adalah salah satu sisa arkeologi yang sangat penting dari pendudukan Kerajaan serta era penaklukan ialah kerjaan Singasari. Candi ini berada di Desa Kidalrejo, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi ini dibuat pada abad ke-13 Masehi, buat memberi hormat pada Raja Anusapati, raja kedua Dinasti Rajasa. Candi Kidal nyatanya adalah adikarya bangunan pupur yakni memberi arti spiritual, budaya, dan sejarah yang amat berharga.

Sebagai candi pemujaan tertua di Jawa Timur, Candi Kidal tidak hanya menjadi simbol kemegahan Kerajaan Singasari tetapi juga cerminan kepercayaan masyarakat Hindu-Buddha pada masanya. Ukiran dan relief yang menghiasi candi ini tidak sekadar ornamen, tetapi mengandung pesan moral dan kisah heroik yang patut untuk dipelajari lebih dalam.

Sejarah Candi Kidal

Candi Kidal dibangun sebagai tempat persemayaman Raja Anusapati setelah kematiannya akibat regisasi oleh Panji Tohjaya. Peristiwa ini dianggap sebagai bagian dari kutukan Mpu Gandring yang terkenal dalam sejarah pendirian Dinasti Rajasa.

Candi ini memiliki ciri khas seni bangunan Jawa Timur yang terbuat dari batu andesit. Dalam konteks sejarah arsitektur, Candi Kidal menandai peralihan dari bangunan-bangunan keagamaan yang sebelumnya berfungsi sebagai petirtaan, seperti Candi Jalatunda dan Candi Belahan.

Struktur Arsitektur Candi Kidal

Candi Kidal terdiri dari tiga bagian utama: kaki, badan, dan puncak. Struktur ini menggambarkan konsep meru, gunung suci dalam kepercayaan Hindu-Buddha. Bagian kaki dihiasi dengan relief-relief seperti naga bermahkota, singa, dan bunga teratai yang sarat makna spiritual. Bagian badan memiliki ruangan utama yang dikelilingi relung-relung kecil. Sedangkan bagian puncak, meski telah runtuh, diduga memiliki bentuk kubus dengan motif gunung terbalik.

Relief Garudeya di Candi Kidal

Relief Garudeya yang menghiasi Candi Kidal adalah salah satu daya tarik utamanya. Kisah ini diambil dari Mahabharata, tepatnya dalam Adi Parwa. Relief ini menggambarkan perjuangan Garuda untuk membebaskan ibunya, Dewi Winata, dari perbudakan Dewi Kadru dan anak-anak naganya.

Dalam kisahnya, Garuda harus membawa air suci amerta sebagai tebusan untuk kebebasan ibunya. Relief ini menunjukkan perjuangan Garuda yang sarat dengan nilai pengorbanan, keberanian, dan cinta kasih terhadap keluarga. Relief ini terdiri dari tiga panel utama yang dapat ditemukan di sisi selatan, timur, dan utara candi. Masing-masing panel menggambarkan tahapan perjuangan Garuda dalam misinya.

Relief Garudeya pada kaki Candi Kidal, jika dibaca berlawanan arah jarum jam mulai dari sisi selatan, timur, dan utara, menceritakan kisah kepahlawanan dan pengorbanan seorang anak terhadap ibunya. Pada relief selatan, Garudeya digambarkan sebagai sosok yang setia dan rela menjadi budak bersama ibunya. Ia juga digambarkan tengah bernegosiasi dengan ular-ular penculik ibunya, yang menuntut air amerta sebagai tebusan. Relief timur menampilkan Garudeya yang tengah membawa guci berisi air amerta, simbol dari keberanian dan tekadnya untuk membebaskan ibunya. Perjalanan untuk mendapatkan air amerta ini tidaklah mudah, ia harus menghadapi berbagai rintangan, termasuk para dewa di kayangan. Relief utara mengilustrasikan keberhasilan Garudeya dalam misi penyelamatan ibunya. Ia berhasil menukar air amerta dengan kebebasan ibunya, namun air amerta tersebut kemudian menghilang secara misterius.

Gambar Relief Garudeya Candi Kidal 
Gambar Relief Garudeya Candi Kidal 

Makna Filosofis Relief

Relief di Candi Kidal mengandung berbagai simbol filosofis. Misalnya, naga bermahkota melambangkan alam bawah, tanah, dan air sebagai unsur kesuburan. Sementara itu, bunga teratai menjadi simbol kebangkitan spiritual dan pencerahan.

Relief Garuda juga menjadi simbol pembebasan dari belenggu. Makhluk mitologi ini digambarkan sebagai perpaduan manusia dan burung, yang tidak hanya memiliki kekuatan fisik tetapi juga nilai moral yang tinggi. Pesan-pesan dalam relief ini masih relevan hingga sekarang, mengajarkan pentingnya pengorbanan dan keberanian.

Konservasi dan Pelestarian

Sebagai warisan budaya yang bernilai tinggi, Candi Kidal membutuhkan perhatian khusus dalam hal pelestarian. Restorasi yang dilakukan pada tahun 1990 menjadi salah satu upaya untuk menjaga kelestarian candi ini. Pengelolaan yang baik tidak hanya akan mempertahankan nilai sejarahnya tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya warisan budaya.

Kesimpulan

Candi Kidal bukan sekadar bangunan batu kuno, melainkan warisan budaya yang menyimpan makna mendalam tentang sejarah, seni, dan spiritualitas masyarakat masa lalu. Kisah-kisah yang terukir di reliefnya mengajarkan nilai-nilai moral yang universal, seperti keberanian, pengorbanan, dan cinta kasih. Sebagai generasi muda, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan warisan ini agar tetap menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang.


 Referensi

1. Al-ayyubi, K. I., & Baskoro, E. R. (2018). Candi Kidal. Candi Kidal, Universitas Muhammadiyah Malang Fakultas Ilmu Dan Bisnis Jurusan Manajemen, 8.
2. Dhiajeng Wulandari, & Budiarto, M. T. (2020). Etnomatematika: Eksplorasi Pada Artefak Kerajaan Singosari. Transformasi: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Matematika, 4(1), 203--217. https://doi.org/10.36526/tr.v4i1.905
3. Eni, S. P., & Tsabit, A. H. (2017). Arsitektur kuno kerajaan-kerajaan Kediri, Singasari, dan Majapahit di Jawa Timur-Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
4. Intan, M. F., Rahmah, N., Andriani, P., & Widiadi, A. N. (2024). ANALISIS NILAI-NILAI RELIEF GARUDEYA PADA SITUS CANDI KIDAL TERHADAP PENGUATAN KARAKTER KEBHINEKAAN PESERTA DIDIK DI SMKN 10 MALANG. Integrasi Dan Harmoni, 4(7), 1--6. https://doi.org/10.17977/um063.v4.i7.2024.9
5. Primadia, A. (2018). Sejarah Candi Kidal di Malang Lengkap dengan Arsitektur. Sejarah Lengkap. https://sejarahlengkap.com/agama/hindu/sejarah-candi-kidal. Diakses pada tanggal 5 Desember 2024
6. Sugihartono, R. A., Dharsono, G., & Susanto, M. R. (2019). Therianthropic character in Garuda statue and relief. International Journal of Recent Technology and Engineering (IJRTE), 8(1), 679-683.
7. Turaeni, N. N. T. (2016). APLIKASI ADI PARWA DALAM RELIEF SITUS CANDI KIDAL. The Aplication of Adi Parwa at Kidal Temple Site. Forum Arkeologi, 28, 135--138.
8. Turaeni, N. N. T. (2015). Aplikasi Adi Parwa dalam relief situs Candi Kidal. Forum Arkeologi, 28(2), 131--144.
9. Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta). (2016). Asal usul Candi Kidal. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1--5.
10. Wijaya, I. B. A., Pramono, A., & Maulana, F. I. (2023). Digital Prototyping of Candi Kidal Relief on Interior Accessories. E3S Web of Conferences, 388, 1-5. https://doi.org/10.1051/e3sconf/202338804021

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun