Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pada Dentingan Kesepuluh

13 Januari 2021   19:39 Diperbarui: 13 Januari 2021   19:47 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambarkitan.bolgspot.com 

Setiap pagi pada dentingan kesepuluh
Sapa manisnya selalu menghiasi setiap lembar cerita pagi terkadang hadir di sore menjelang senja melukis di kanvas kuning gading

Pada dentingan kesepuluh 
Wajah itu akan hadir dengan caranya yang terkadang tak mampu tertembus angan. Jika rindu telah menggoda  dan menyapa jiwa 

Pada dentingan kesepuluh 
Dengan senyum dan gigi gingsul menatap wajah  dengan tatapan  menelanjangi. "Tapi bukan menelanjangi itu gambaran kerinduan teramat"  katamu

Pada dentingan kesepuluh
Sapa manisnya terkadang berubah pilu tawa yang tak renyah bahkan terkesan berat. Gundah hadir bersama gulana memporak porandakan  hati.

Pada dentingan kesepuluh 
Bibirmu luwes berkata tentang cinta dan rindu, tak jauh dari kisah lalu yang terkesan mendalam  bagimu dan bagiku  seperti lukisan yang tergantung di dinding sepanjang masa

Jika dulu kau tak mampu mengumbar kata cinta sekarang lidahmu tak bertulang. Berulang bercerita dan katakan cinta terkadang terbilang lebay. Namun aku suka ketika mata nakal mu berbinar

Saling melengkapi dalam satu paragraf. Diksi diksi indah terkadang berucap memberi melodi rindu yang terbelenggu. Andai tak berbatas! 

 Sama seperti dahulu cerita cinta kita hanya sebatas cerita yang tak pernah menjadi buku . Bahkan diterbitkan dan dibaca penikmatnya 

Cerita kita abadi terkadang ada terkadang tidak tetapi tak pernah seperti kain celupan  yang terkadang berubah warna.

Kebersamaan yang selalu dikenang hingga akhir hayat. Cinta yang dibiarkan terus tumbuh walau samudera lepas menenggelamkannya  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun