Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Hanya Dia Tak Ada yang Lain

16 November 2020   10:17 Diperbarui: 16 November 2020   10:28 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. pribadi (sayang fotonya telah dimakan usia)

Ketika orang bertanya siapa yang menjadi inspiratif  dalam kehidupanmu. Aku hanya bisa diam, karena aku, bukanlah seorang pembaca yang baik,bukanlah seorang penulis yang mempunyai dunia luas bahkan mengenal berbagai penulis yang terkenal atau seorang politikus, bagaimana aku bisa mengenal mereka sedangkan aku tak mengenal dunia politik dan bahkan aku tidak ingin tahu sama sekali karena aku merasakan siapa pun yang jadi pemimpin nantinya tidak akan mengubah nasib kita kecuali diri kita sendiri.

Berada di dunia menulis hanya ingin meluangkan waktu dan menampung segala cerita yang ada di benak. Mencari waktu yang bermanfaat dari pada aku berceloteh ke kanan , ke kiri, ke depan dan ke belakang. Jika suatu saat tulisan tulisan ku nantinya bisa menjadi sebuah buku, itu hanyalah nilai plus yang aku ambil dari segala kegiatan yang aku lakoni sejak dari dua ribu sebelas hingga sekarang.

Aku akan bangga ketika orang bertanya dan menyebut nama dia, laki laki pertama yang aku cintai, laki laki yang pertama mengajari  tentang hidup dan kehidupan, mengajarkan segala hal dari pekerjaan laki laki yang kasar hingga halus.

Pernah aku bertanya, kenapa dia mengajarkan  segala hal, sedangkan saudaraku yang lain tidak. Dia hanya bilang

 "Segala akan berada di pundakmu dan kau akan mengerjakannya sendiri, dan adik dan kakak kakakmu akan berada di pundakmu."

 Terkadang sedikit tidak masuk akal perbedaan itu teramat jelas. Namun sebagai seorang anak, aku tidak ingin membantah semua aku kerjakan tanpa kecuali. 


Aku telah mengidolakan dia sedari kecil, yang aku kenal dia hanya sebagai loper koran , tapi setelah aku paham ternyata dia pensiun PTBA. Ternyata dulu dia merasakan hidup enak, merasakan hidup di jajah Belanda dan jepang, dia hidup dalam empat zaman.

Aku selalu menemaninya duduk sembari menonton Mahabarata, dan setiap episode akan dia tarik kesimpulan, bahwa kita harus seperti ini dan itu, kuat dalam menerima segelintir cobaan yang Allah beri.

Laki laki yang berbadan tinggi besar, yang mempunyai karisma dan wibawa. Nasehat nasehatnya yang dulu di anggap sebagai cerita saat duduk duduk santai menjelang senja.

Menanamkan kejujuran, kesopan,  saling asih dan asuh terhadap kakak dan adik tanpa membedakan, menjadi pekerja keras demi keluarga yang dicintainya.

Aku ingat betul setelah sholat mahgrib berjamaah kita berkumpul di meja makan dan di sana  satu persatu harus mengaji dan dia menjadi guru ngajinya. 

Setiap hari kita selalu ada di meja makan yang sama kecuali di siang hari, di meja itu pula dia akan bertanya semua hal tentang kegiatan kita yang sudah kita lalui. Dan di meja itu pula setiap lepas mengerjakan sholat lima waktu, dia akan duduk di kursi yang sama sembari membuka alquran yang telah menemaninya melewati zaman.

Dari dia, aku belajar sastra, cara berpidato dengan baik, bila pelajaran bahasa indonesia, dia yang akan membantu anak anaknya. 

Setiap ada perlombaan baca puisi, dia yang akan menjadi juri utama, bila ada kesalahan di intonasi, penekanan kalimat, mimik wajah, dia akan mengajarkannya begitu pula kalau ada lomba berpidato, dia yang akan mengajarkan, bagaimana orang yakin akan isi pidato tersebut. 

Menang atau kalah dia tidak pernah mempermasalahkan karena hidup butuh pembelajaran. Begitu pula di saat mengikuti lomba, terkadang kita menang dan terkadang kita kalah, itu biasa dalam perlombaan.

Di saat menulis puisi atau mengarang cerita, guru yang aku temui ialah dia. Terlalu banyak pembelajaran yang aku dapat. Semua anak anaknya dekat dengan dia, tapi hanya aku lah yang selalu menemaninya saat pagi atau pun sore.

Sembari mendengar nasehat nasehat yang sering dia ambil dari kisah Mahabarata atau kisah India lainnya. Secara tidak sengaja aku banyak mendapatkan pembelajaran hidup dan kehidupan.

Aku ingat betul, dia di juluki koboi yang berkuda besi, saat orang bilang malu nggak, kenapa aku harus malu. Aku bangga menjadi anaknya, dia laki laki yang penuh cinta dan kasih sayang dan tak jarang dia memasak untuk anak anaknya, dia yang rela tak makan  bersama teman temannya, ingat akan anaknya dan uang itu dibelikannya bahan untuk membuat makanan atau sekedar mie celor kesenangannya dan semua anaknya makan dari uangnya

Pulang selalu membawakan bacaan untuk anak anaknya dengan syarat tidak boleh lecek karena itu punya pelanggan seperti majalah Bobo, Donal Bebek, Hai, Aneka dan sebagainya.

Sejak tubuhnya lemah, aku yang akan menggantikan dia mengayuh sepeda mengambil koran di agen dan mengantarkannya ke pelanggan. 

Waktu itu usiaku masih belia, duduk di bangku SD hingga aku duduk di bangku SMA, dengan setia aku menggantikannya, walau terkadang aku mendapatkan ejekan yang tak mengenakan hati.

" Awas nanti pecah tuh perawan, bawa sepeda dan tumpukan koran dibelakangnya." Ejek mereka berulang ulang.

Namun aku tak pernah menanggapi itu karena ada seorang sahabat kecilku yang siap membela dan membantuku namanya Sahmil. Hingga sekarang tetap bersahabat baik

Saat aku harus kuliah di luar kota, saat itulah dia pun melepas kerjanya karena tidak ada  dapat menggantikan tugasku mengantar koran, dan hidup dari uang pensiun dan istri yang bekerja di rumah sakit.

Setiap anak yang merantau mungkin di bekali uang, atau apalah. Beda denganku sebelum  berangkat dia membekali sebuah alquran  yang didalamnya nasehat untuk langkah aku kedepan.

Dokpribadi
Dokpribadi
 

Dia pernah bilang, dia berperang membela negara bukan dengan senjata tapi menggunakan mulut.

" Kok mulut," ujar ku keheranan.

Karena  dia seorang pemain drama di masa itu, jadi dia bertempur  dan berpolitik dengan mulut di sebuah drama ( sandiwara). 

Dia juga seorang pemain sepak bola handal, hingga dia di tarik oleh perusahaan Batu Bara yang berada di Tanjung Enim.

Banyak pelajaran yang aku dapat dari ceritanya merentas waktu. Bila dahulu aku sedikit bertanya mengapa dia mengajarkan aku semua hal, setelah aku jauh dan menikah aku baru paham dan mengerti mengapa dia menempa kehidupan aku sedari kecil dengan keras, seakan dia tahu bagaimana kehidupan anaknya di masa depan, memikul tanggung jawab yang besar.

Dia papaku, darahnya mengalir ke tubuhku, dia menjadi inpirasi dan motifasi dalam menjalani segala hal. Sehebat apapun seorang penulis itu tak mengubah pendirian untuk tetap mengidolakan dan si inpirasi aku dalam tiap tiap perjalanan. Dia papaku, laki laki cinta pertama, inspirasi, motifasi, pekerja keras dia papaku

Dokpribadi
Dokpribadi
.

Palembang,161120

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun