Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Tanpa Judul

22 November 2019   08:01 Diperbarui: 22 November 2019   08:08 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ingin ku lumat malam dengan rutukkan mengeram, mengatupkan  kedua takup gigi, menggigit bibir hingga berdarah hingga mengeluarkan bau anyir

Ingin aku teriakan beribu amarah agar himpitan batu berhamburan terlempar menjauh, terkulai lalu terkubur

Ku urai tangis pada wangi pandan, menjalin  hingga menghamburkan wangi ke seluruh penjuru.

Air mata ini telah berganti wanginya pandan yang setiap tetes kau sia siakan. Saat kau biarkan tetes itu menjadi bulir bulir luka yang akhirnya menjatuhkan bongkahan korengan penuh nanah

Wangi pandan berganti anyirnya nanah, berapa lama luka akan mengering kalau kau hanya diam tanpa bergeming

Untuk menyapa denyut nadi dan jantung mu kau tak sanggup. Jantung itu telah lumat bersama hati dan darah, mereka melumatnya dalam rongga rongga gelap. Hingga tak satu pun yang mampu menampungnya karena semua terburai dalam nestapa.

Maya Pada, 22112017

Palembang, 22112019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun