Ketika H.O.S. Cokroaminoto meninggalkan pulau itu, mungkin tak ada yang tahu bahwa jejak kakinya akan bertahan lebih lama dari batu nisan manapun. Saat Cokroaminoto meninggalkan pulau Una-Una, ia membawa serta sembilan anak muda Una-Una untuk disekolahkan di Yogyakarta. Salah satunya  bernama Mahmud Lamako Latjuba.Â
Karir politik Mahmud Lamako Latjuba ini  dibangun melalui partai Masyumi. Ia terpilih sebagai anggota KNIP dari Masyumi (1947). Lalu terpilih sebagai anggota DPR RI.Â
Kakek langsung dari artis kondang Sophia Latjuba ini,  ikut memperjuangkan asas ius soli dan stelsel pasif bagi kewarganegaraan RI, yaitu penentuan kewarganegaraan berdasarkan tempat kelahiran seseorang. Ia juga pernah menjadi Dubes RI Karachi Pakistan, Dubes RI di Mesir. Dan menjadi  salah satu pendiri gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI)
Begitulah, cerita dibalik peresmian Masjid tua di Una-Una. Â Masjid Jami ini menjadi warisan senyap namun penuh legenda. Ia memberi pesan bahwa kemerdekaan sejati bukan hanya soal politik, tapi juga membawa pesan spiritual. Bahwa pembebasan bukan hanya dari belenggu penjajahan. Pun juga berjuang untuk pembebasan dari belenggu kemiskinan dan ketidakadilan.
Masjid Jami di pulau Una-una ini, bukan hanya masa lalu. Ia adalah masa depan yang menunggu dibaca. Sebab dalam sejarahnya, kita tidak hanya menemukan catatan tentang batu dan semen, tetapi tentang manusia yang memilih untuk berdiri di antara gelap dan terang, demi menyuarakan kebenaran di ujung timur negeri ini.(*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI