Mohon tunggu...
Aslamuddin Lasawedy
Aslamuddin Lasawedy Mohon Tunggu... Pemerhati Masalah Ekonomi, Budaya dan Politik

Open minded and easy going

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di antara Gelas yang Retak dan Kopi yang Dingin

30 April 2025   14:54 Diperbarui: 11 Mei 2025   18:05 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kokeksi pribadi

Namanya Endah. Ia duduk sendiri di sudut kafe yang tak pernah ramai. Menghadap jendela yang memantulkan lebih banyak kenangan daripada cahaya. Tak ada yang tahu terlalu banyak tentangnya. Selain, bahwa ia selalu memesan kopi yang sama. Hitam, tanpa gula. Seperti malam yang ia peluk tiap kali pulang.

Sore itu, seorang pria, duduk tak jauh darinya. Ia membawa novel yang sama dengan yang pernah dibaca Endah di bangku kuliah, Manusia dan Peristiwa. Mereka bertukar pandang. Lalu diam. Seperti dua batu di dasar sungai. Saling tahu keberadaan masing-masing. Namun, terlalu berat untuk bergerak.

"Kenapa kau selalu sendiri?" tanya pria itu akhirnya.

Endah menatapnya, bukan dengan mata, tapi dengan beban derita yang ia pikul. "Karena ramai tak selalu berarti ditemani."

Ia mengaduk kopi hitamnya yang sudah lama dingin. Seolah masih berharap sesuatu bisa larut di dalamnya.

Pria itu tertawa kecil. "Kau seperti baris puisi yang terlalu gelap untuk dibacakan keras-keras."

"Dan kau seperti orang yang ingin memahami dan langsung menyimpulkan tanpa membaca seluruh isi buku."

Hening lagi.

"Aku hanya ingin tahu," katanya, lebih pelan. "Apa yang membuat seseorang memilih diam di tengah dunia yang tak pernah berhenti bicara?"

Endah menoleh ke arah cermin jendela. Di sana, ia melihat bayangan dirinya di masa lalu. Tersenyum utuh. Percaya bahwa semua luka akan sembuh seperti demam yang mereda setelah tidur yang panjang. Namun hidup tak seperti suhu tubuh. Terkadang ada luka yang sembuh, agar bisa sakit lagi saat disentuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun