Mohon tunggu...
Muhammad Ashsubli
Muhammad Ashsubli Mohon Tunggu... Ilmuwan - Akademisi dan Dai

Saya memiliki semangat yang tinggi dan pantang menyerah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Makam Laksmana yang Terlupakan

3 Maret 2016   00:42 Diperbarui: 3 Maret 2016   01:46 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Komplek Makam"][/caption]Laksamana raja di laut

Bersemayam di Bukit Batu

Ahai hati siapa

Ahai tak terpaut

Mendengar lagu zapin Melayu

Siapa yang tidak mengenal petikan senandung Melayu di atas, baitan lagu yang dipopulerkan oleh Iyet Bustami ini telah  akrab di telinga seluruh masyarakat Indonesia dan bahkan Asia. Laksamana merupakan gelar sekaligus titah dari Kerajaan Siak untuk menjaga di pesisir pantai Selat Malaka. Datuk Laksamana merupakan pembesar kerajaan Siak yang semula bermukim di Bengkalis, kemudian memindahkan lokasi pemerintahannya ke Bukit Batu. 

 Menurut silsilahnya, Datuk Laksmana adalah keturunan Bangsawan Bugis (Sultan Wajo) yang bernama Daeng Tuagik. Daeng Tuagik dalam suatu perjalanan ke Bandar Bengkalis, bertemu dan kemudian menikah dengan putri Datuk Bandar Bengkalis yang bernama Encik Mas. Encik Mas menggantikan ayahnya sebagai penguasa, setelah ayahnya wafat. Pernikahan antara Daeng Tuagik dan Encik Mas melahirkan Datuk Bandar Jamal, yang kemudian menggantikan ibunya sebagai penguasa Bengkalis (1720-1767). Salah seorang putra Datuk Bandar Jamal, yaitu Encik Ibrahim mendapatkan gelar Datuk Laksmana Raja Di Laut dari Sultan Siak. (Gatra.com, Situs Bersejarah di Bengkalis Tak Terawat, Pekanbaru, 27 Mei 2002).

Namun siapa sangka tempat kediaman pembesar Siak Sri Inderapura itu kini tidak lagi menunjukkan bahwa di sana dulunya ada bekas pemerintahan seorang raja yang sangat berkuasa di laut dan ditakuti bangsa asing yang ingin menguasai kerajaan Melayu Siak Sri Inderapura.  karena sudah berubah menjadi  semak belukar. 

Kunjungan penulis ke  Komplek Istana Laksamana Raja Dilaut di bukit batu beberapa hari lalu  bisa jadi alternatif melawan lupa rekam jejak sang penguasa laut yang terkenal. Karena ditanganyalah segala bentuk kejahatan laut takluk. Seperti banyaknya lanun yang merompak hasil bumi dan perdagangan di laut.  Hal ini penting bagi sejarah peradaban kita, ini lah sejarah masa silam yang harus digali hikmahnya, baik dari segi agama, geografis, politik, ekonomi, dan sosial. Terutama generasi yang muda yang masih haus tentang khazanah budaya Melayu.

[caption caption="Berziarah"]

[/caption]

Sungguh pun, sebuah tulisan  tidak sempurna menceritakan tentang suatu hal. Tetapi keinginan memahami akan terjawab sebagian, karena setiap peristiwa  akan menyajikan koleksi dan informasi. Kesadaran tentang pentingnya sejarah  perlu ditingkatkan, karena melalui kepekaan terhadap pengetahuan tentang peristiwa masa lampau atau peristiwa sejarah merupakan pelajaran berharga yang dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam menjalani kehidupan menyiratkan makna tentang keindahan dan keagungan budaya Melayu serta penghormatan kepada tokoh dan penguasa bandar Bengkalis yaitu Laksmana Raja di Laut.

Kegiatan yang sering dilakukan di Laut, seolah menyimpan makna. Pertama bahwa  kearifan lokal orang dahulu   dilakukan dengan cara  nelayan dalam upaya mencari kehidupan. Sikap-sikap yang dapat diteladani yaitu tawakal  dan penuh harapan, terampil dan bekerja keras, gigih memperjuangkan kehidupan, berani menghadapi bahaya, toleran,  mandiri, bertanggung jawab, terbuka, dapat bekerjasam dan dapat menyesuaikan diri pada lingkungan, tidak melupakan tanah asal. Kedua kegiatan pelayaran yang menyenangkan dan dinamis serta keterbukaan. Nilai keterbukaan, kemajemukan, persahabatan, dan tenggang rasa, hal ini terlihat karena secara umum geografis masyarakat Melayu lebih dominan hidup di pesisir pantai.

Kondisi ini membangun karakter masyarakat Melayu bersikap inklusif (terbuka). Inklusivitas masyarakat Melayu dengan dunia luar telah diakui dalam sejarah nusantara, baik ketika mereka berinteraksi dengan para pedagang Arab, China maupun Gujarat. Namun demikian, sikap inklusivitas masyarakat Melayu terhadap bangsa luar tidak membuat etnis ini kehilangan identitas ke-Melayu-an dan ke-Islam-annya. Etnis ini bagaikan ikan di laut. Ia bisa menerima asinnya air laut akan tetapi tak menjadi asin karena asinnya air laut.

[caption caption="Pantai Tebuka"]

[/caption]

Setidaknya, ketika menapakai untuk menziarahi makam sang Datuk,  kita mampu memanggil kembali ingatan yang hilang tentang keadaan masa itu, kehebatan Tokoh besar masyarakat Bengkalis yang mampu menyatukan berbagai lapisan masyarakat di masa lampau, ia juga mampu mengajarkan kepada kita arti penting rasa kebersamaan, semangat persatuan dalam menjaga eksistensi sebuah negeri.

Muhammad Ashsubli (Ketua Prodi Siyasah Syaiyyah STAIN Bengkalis-Riau)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun