Tapi yaudah, walau absurd, minuman ini tetap laris. Kenapa?
Karena meskipun secara biologis jahe gak mungkin punya susu,
dia bisa menghangatkan hati yang udah lama beku...
dan bikin lo lupa kalau realita kadang cuma soal persepsi---asal hangat, semua dimaafin.
4. Nasi Kucing: Bukan Kucingnya yang Dimakan, Tapi Logika Kita yang Dibuang
Mari kita telaah dulu dunia per-nasi-an:
Nasi Uduk --- ya jelas, itu nasi yang diuduk, alias dimasak pake santan dan rempah-rempah. Bukan nasi yang suka ngedumel. Logis.
Nasi Goreng --- ah ini sih simpel, nasi yang digoreng. Cukup jelas, gak bikin mikir berat, gak bikin overthinking kayak chat "ok" dari doi.
Tapi...
Nasi Kucing?!
Gue sempet bengong waktu pertama kali denger istilah ini.
Apa maksudnya? Apakah ini makanan premium dari kampung Wakanda buat para kucing istana?
Atau...
Lebih seremnya lagi...
Apakah ini nasi dengan topping daging kucing?
Seketika pikiran gue liar---apakah ini penyebab Popo, kucing tetangga, mendadak hilang?!
Tapi kenyataan menampar gue dengan pelan tapi sadis:
Nasi kucing itu cuma nasi seupil, dikasih sambal atau teri, dibungkus daun pisang.
Satu porsi = satu sendok doang.
Bukan buat bikin kenyang, tapi cukup buat bikin lapar lo jadi lebih sadar bahwa hidup ini keras.
Katanya sih, dinamain nasi kucing karena porsinya sekecil porsi makan kucing.
Tapi menurut gue...
Ini lebih cocok dinamain nasi buat orang putus cinta:
--- kecil, pedas, dan gak ada yang ngertiin.