Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Makna Tahlil dalam Perspektif Ontologis

7 Maret 2025   10:31 Diperbarui: 7 Maret 2025   10:31 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Filsafat ontologi menuntun kita pada kesimpulan bahwa Tuhan adalah satu-satunya yang memiliki keberadaan secara mutlak (necessary being). Segala sesuatu selain Tuhan hanyalah keberadaan kontingen (contingent being), bergantung pada-Nya baik dalam esensi maupun eksistensi. Namun, ada pertanyaan mendalam: jika Tuhan ada tetapi tidak mencipta, apakah keberadaan-Nya memiliki makna fungsional?

1. Keberadaan Tuhan: Mutlak tetapi Memerlukan Manifestasi Fungsional

Tuhan sebagai necessary being tidak bergantung pada makhluk untuk eksistensi-Nya, tetapi tanpa penciptaan, keberadaan Tuhan tidak memiliki manifestasi fungsional dalam realitas selain diri-Nya sendiri.

Keberadaan yang mutlak harus memiliki ekspresi yang memungkinkan keterhubungan ontologis dengan sesuatu di luar diri-Nya.

Penciptaan adalah cara Tuhan menampakkan keberadaan-Nya dalam bentuk yang dapat dikenali oleh selain-Nya.

Jika Tuhan tidak mencipta, keberadaan-Nya tetap mutlak tetapi tidak terwujud dalam dimensi relasional---sehingga bagi selain-Nya, keberadaan Tuhan menjadi tanpa ekspresi dan tanpa keterhubungan.

Dalam perspektif ini, penciptaan bukan karena kebutuhan Tuhan, tetapi sebagai konsekuensi dari keberadaan-Nya yang tak terbatas. Tuhan tidak membutuhkan penciptaan, tetapi makhluk membutuhkan-Nya sebagai sumber eksistensial.

2. Ibadah sebagai Konsekuensi Ontologis dari Keberadaan Tuhan dan Makhluk

QS Adz-Dzariyat: 56:

"Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Ku."

Ibadah dalam konteks ontologis bukan sekadar ritual, tetapi mekanisme kesadaran eksistensial makhluk terhadap Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun