Seluruh eksistensi bertumpu pada prinsip La ilaha illallah.
Jika keberadaan Tuhan adalah satu-satunya keberadaan mutlak, maka segala sesuatu di alam semesta memiliki makna hanya dalam kaitannya dengan Tuhan.
Dengan mengafirmasi La ilaha illallah, seseorang menyatukan seluruh realitas ke dalam satu prinsip tunggal yang menopang keberadaan segala sesuatu.
Filosofi ini mirip dengan prinsip dalam fisika teoretis bahwa segala fenomena di alam semesta memiliki satu sumber fundamental. Dalam Islam, sumber itu adalah Tuhan sebagai Wujud Mutlak.
Jadi, ganjaran Tahlil seberat langit dan bumi karena ia adalah pernyataan kebenaran ontologis yang menopang seluruh eksistensi.
Dalam filsafat ontologis, Syahadat dan Tahlil bukan sekadar pernyataan lisan, tetapi afirmasi metafisik yang menentukan relasi makhluk dengan Tuhan.
Syahadat adalah kesaksian ontologis yang menjadikan Tuhan nyata dalam kesadaran individu. Tanpa Syahadat, seseorang hidup dalam keterputusan ontologis, di mana Tuhan tetap ada secara absolut, tetapi tidak hadir dalam realitas subjektifnya.
Tahlil adalah deklarasi fundamental tentang struktur keberadaan---menegaskan bahwa hanya Tuhan yang memiliki keberadaan sejati, sementara segala sesuatu yang lain hanyalah manifestasi derivatif.
Ganjaran Tahlil seberat langit dan bumi karena ia adalah ekspresi dari prinsip utama yang menopang seluruh eksistensi.
Dengan demikian, Syahadat dan Tahlil bukan hanya doktrin keagamaan, tetapi juga prinsip ontologis yang menghubungkan makhluk dengan realitas tertinggi dalam keberadaan.
Kesimpulan: Keberadaan Tuhan dan Signifikansi Ontologisnya