Mohon tunggu...
Asep Nurjamin
Asep Nurjamin Mohon Tunggu... Dosen - suka menulis dan membaca puisi

Sedang berusaha untuk menjadi orang baik

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Rumah yang Terjual

1 Desember 2018   23:34 Diperbarui: 2 Desember 2018   03:07 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Christopher Harris/Unsplash)

Akan dijual sebuah rumah,
untuk ditukar dengan masa depan yang terang benderang,
harapan penuh kilau pesona gemerlapan, mungkin juga ditukar dengan gelap dan suram.

Telah dijual sebuah rumah,
di ujung jalan itu,
ribuan kisah suka dan sedih terkubur di situ,
sebaris kenangan kita relakan,
tawa dan tangis kita dahulu saat kehidupan mulai dicanangkan.

Telah terjual sebuah rumah dalam angan-angan, pagar kayu dan halaman berumput,
tempat semua pengharapan pernah dikumpulkan,
lalu berpencar mencari jalan sendiri-sendiri,
lalu kita memandangnya sebagai rumah tua yang lusuh,
siap untuk ditinggalkan,
tapi sebagian kenangan sengaja kita tambatkan.

Di rumah itu.

Bangku tua di bawah pohon mangga,
sebentar lagi akan kian renta dan kesepian, banyak kisah yang belum sempat diceritakan, kehangatan senja yang basah,
seperti pohon mahoni yang melepas daunnya, jatuh di tanah untuk berserak dan dilupakan.

Bunga bakung di sudut taman,
mengangguk lembut dielus angin terakhir yang datang sore itu,
jangan kaulupakan aku bisiknya lembut,
dengan senyap gerimis pun pergi tanpa kata.

Dari rumah itu,
diam-diam
pengharapan dirajut kembali.

@salam dari Asep Nurjamin dari Bumi Guntur Melati

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun