Mohon tunggu...
Aryo Prahasto
Aryo Prahasto Mohon Tunggu... -

Sekedar petualangan pemikiran saja . . . .

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Media Mainstream Vs Media Sosial

5 Mei 2017   10:28 Diperbarui: 6 Mei 2017   01:16 2928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada acara Rosi Kompas TV pada hari Kamis 4 Mei 2017 dengan tajuk "Membidik Jokowi Lewat Ahok" Pemberitaan Media : Fakta atau Provokasi ? dimana mengundang Panglima TNI Gatot Nurmantyo dan para pembicara termasuk Pimpinan Redaksi media - media mainstream di Indonesia diantaranya Media Indonesia, Kompas, Tempo dan Republika. 

Banyak hal menarik yang bisa kita amati dari acara tersebut, terutama komentar - komentar para tokoh yang diundang serta kaitannya dengan akan dilangsungkannya aksi damai lanjutan aksi bela Islam 411 serta 212 yang kaitannya dengan kasus penistaan agama dimana Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok yang telah ditetapkan sebagai tersangka dan menunggu keputusan pengadilan. 

Secara value tentu pembicaraan pada talkshow dengan Rosiana Sillalahi sebagai host adalah hal yang aktual oleh karena menyangkut isu utama menjelang dilakukannya aksi besar sebagaimana sebelum - sebelumnya menganai rumor, desas desus akan mengarah kepada kekacauan, aksi kekerasan hingga kudeta serta makar yang didalamnya mengandung muatan untuk mengganti dasar Negara Pancasila dengan dasar ideologi yang lain. Akan tetapi apakah pembicaraan tersebut mengandung hal - hal yang faktual serta rasional jika mengkaitkan sebuah pernyataan sikap menunjukkan sikap dalam menyuarakan pendapat oleh peserta aksi sebagai sebuah upaya yang mengarah kepada penggantian kepala negara serta dasar negara Indonesia... tentu kita sebagai publik bisa menilai secara rasional oleh karena banyak ha lain yang riil dan rasional terjadi seperti kenaikan listrik, harga bahan pokok dan lain - lain.

Hal menarik lain adalah pernyataan Arif Zulkifli sebagai Pimpinan Redaksi Tempo yaitu "Saya termasuk orang yg optimis tehadap media. Betapa-pun media sosial sudah begitu gilanya, saya percaya bahwa pada akhirnya orang akan merujuk pada media yang disiplin verifikasi dan sistem didalam newsroom-nya, orang boleh saja bicara sana bicara sini tapi diakhir orang akan merujuk " eh Kompas nulis apa ya? tempo nulis apa ya? Republika nulis apa ya? jadi orang merujuk pada media - media mainstream yang menjalankan fungsinya"

>> Memang benar bahwa media mainstream menjadi rujukan oleh karena banyak parimeter, seperti kredibilitas, jangkauan pembacanya, namanya sudah dikenal dan seabreg alasan   yang memang media besar memiliki peran utama dalam memberitakan, mengabarkan serta menyajikan informasi, pertanyaannya adalah apakah semua informasi tersebut diterima sebagai sebuah kebenaran utama... jawabnya anda yang tahu! Bagaimana dengan media sosial, media yang memiliki dampak luar biasa akan semua hal dalam semua segmen kehidupan masyarakat dunia. Begitu mudahnya para pengguna atau netizen mengeluarkan uneg - uneg yang entah itu menceritakan kegembiraan, dukungan, kemarahan sampai ancaman pembunuhan ( http://www.kompasiana.com/aryoprahasto/ajakan-rencana-nathan-suwanto-bunuh-pada-politisi-ulama_590473048c7e61ab6c36155a ) dan lain sebagainya sebagai manifestasi kebebasan ber-ekspresi dalam ruang demokrasi saat ini. 

>> Apakah betul media mainstream menjadi rujukan masyarakat? ya tentu bagi mereka yang masih mempercayai dan memutuskan keberpihakan, saat ini media yang kita baca, kita kutip, kita share di sosmed, merupakan sebuah upaya meng-konfirmasi eksistensi anda sebagai publik yang memiliki sikap pendapat sama dan melalui refrensi sebuah media untuk memperkuatnya. Namun masyrakat Indonesia saat ini telah mengalami banyak sekali perkembangan, terutama pasca polarisasi Pilpres 2014 dimana perang pemberitaan begitu dahsyat sehingga saat ini publik semakin pandai dalam menilai sebuah pemberiataan dari media apapun dan akan berusaha melacak kebenaran dan mancari rujukan hingga menghasilkan fakta yang aktual, tajam dan tidak hanya bisa dipercaya namun utamanya adalah KEBENARAN.

>> Hal utama yang mendasari adalah peranan media mainstream yang tidak lagi menjadi penyaji keajadian, keadaaan dan memberikan informasi sesuai fakta dilapangan sebab hal tersebut memang dilakukan meskipun dalam koridor jurnalistik namun dalam persektif subjektif, dalam kerangka tertentu secara spesifik sesuai kepentinan tertentu, atau istilah yang sering digunakan saat ini adalah framing media. Masyarakat tentu akan menjadikan media mainstream sebagai rujukan utama, jika memang apa yang tersaji tidak tendensius, bersifat subjektif dan menggiring opini hanya untuk kepentingan tertentu terlebih penguasa  dan kekuasaannya.

>>Mudah sekali kok publik menilai dan mencari pembanding, sebab semua hal tersaji dalam newsfeed akun social media kita, mulai dari berita dalam negri atau luar negri secara update / terkini real time, resep masakan, info olahraga dan banyak sekali pilihan informasi lain,  dimana lebih mudah karena hanya dengan menggerakkan jemari kita berselancar dalam cyberspace. Begitu juga mudahnya netizen dalam meng-counter pernyataan serta framing media melalui sajian dalam newsfeed yang mengutip cuplikan dalam acara tersebut dengan pernyataan sikap jika itu tidak sesuai dengan apa yang menjadi sikap netizen, hal ini pun langsung mengkonfirmasi bahwa statement yang disampaikan oleh host, para pembicara lain telah disanggah dan bukan lagi dianggap sebagai argumen utama yang tidak bisa dibantah, inilah wajah sosial media saat ini. Sosial media mampu dengan segera mengkritisi pada hal - hal utama yang sedang dibicarakan dan diperhatikan secara luas, secara otomatis mampu membantah arah opini semisal dari pembawa acara pada salah satu penyataan yang dianggap tidak sesuai dengan kebenaran dan pandangan netizen, dan berlaku pada komentar narasumber yang lain. Mengenai mana yang dipilih, apakah pernyataan nara sumber serta pembawa acara yang sedang live atau update status netizen disertai cuplikan acara tersebut tentu anda bisa menilai sebagai publik yang memilki nalar dan tentu keberpihakan. 

>>  Apapun pendapat Pimpinan Redaksi dalam optimismenya akan eksistensi media mainstram sebagai rujukan utama publik dalam menerima informasi tentu ada yang pro dan ada yang kontra namun terbantahkan, salah satu fakta nyata yang tidak bisa dipungkiri adalah peranan sosial media sebagai kekuatan baru yang mampu mengimbangi bahkan menelanjangi peranan serta subtstansi media mainstream sebagai penyaji informasi. Kekuatan kolektif yang berasal dari partisipasi netizen ketika sebuah statement tidak lagi dianggap sebagai kebenaran utama melalui jumlah like sebuah posting, jumlah share post, jumlah viewer serta jumlah komentar netizen yang bereaksi dan merupakan partisipasi nyata hal ini tidak bisa dianggap remeh media - media mainstream yang telah tergantikan dan terabaikan. Sebagai contoh posting netizen yakni sebuah Live Post pada sebuah acara televisi yang jumlahnya terus meningkat dalam sekejap meski acara tersebut sedang ditayangkan secara Live di channel Televisi Nasional, namun netizen lebih memilih menyaksikan secara live di sosial media dengan, karena lebih menarik sebab disertai komen langsung netizen yang mem-posting live tersebut. 

Masihkah layak disebut sebagai Media Mainstream ketika tidak lagi menjadi rujukan utama masyarakat dan umat ?

Masihkah Media Mainstream memakai kacamata kuda meski masyarakat memiliki penilaian sendiri ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun