Mohon tunggu...
Ary Janu
Ary Janu Mohon Tunggu... Musisi - musisi

Laki-laki berrambut gimbal...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ibuku Menangis

15 Juni 2020   16:27 Diperbarui: 15 Juni 2020   16:25 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ibuku menangis saat menyaksikan anak sarjananya harus nganggur dan bekerja sukarela demi nama baik keluarga.

Ibuku menangis saat menyaksikan anaknya yang berusaha mencari orang dalam untuk mendapatkan pekerjaan.

Ibuku menangis saat menyaksikan anaknya ditangkap polisi karena menggunakan obat-obatan terlarang.

Ibuku menangis saat menyaksikan anaknya ditertawakan karena hanya menjadi petani dan piara babi.

Ibuku menangis saat menyaksikan anak perempuannya harus menjual diri kepada jutawan untuk dapat membeli iPhone buatan Amerika itu.

Ibuku menangis saat menyaksikan anaknya bergaya ala selebritis yang sering mampir di acara gosip di TV tanpa melihat dirinya.

Ibuku menangis saat menyaksikan anak pastornya yang mempunyai istri simpanan untuk melampiaskan nafsu bejatnya.

Ibuku menangis saat menyaksikan anak tetangga umur 5 tahun yang menangis tersedu-sedu karena ibu dan bapaknya berselingkuh dengan tetangga sebelah rumahnya.

Ibuku menangis saat menyaksikan umat Kristiani tidak merayakan paskah di gereja dan umat Muslim tidak bisa shalat di Masjid.

Ibuku menangis
Air matanya hampir habis
Apa aku harus menangis juga?
Ibuku masih saja menangis.

Jogja, April 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun