1167 - Pasukan perang Salib datang kembali ke Mesir untuk melanjutkan rencana menginvasi wilayah Mesir.
Nur ad-Din kembali diminta tolong yang kali ini datang dengan pasukan yang sangat besar. Pasukan perang Salib bisa dikalahkan dan Shawab kemudian dihukum mati. Mesir menjadi wilayah dari kekuasaan Nur ad-Din.
Shirkuh diangkat Nur ad-Din menjadi Jendral di Mesir, dua bulan setelah itu dia meninggal dan kepemimpinan dilanjurkan kepada keponakannya yang masih muda, Yusuf, yang dikenal juga sebagai Saladdin.
Saladdin adalah seorang pemuda yang suka kepada ilmu pengetahuan, belajar langsung kepada Ulama-ulama, seorang Suni yang paham dan teguh, memegang mahzab fiqih Syafii dan teologi Asyari. Politik bukan sesuatu yang menarik baginya, namun ketika mewarisi jabatan dari Pamannya, takdir mengubahnya menjadi seorang Pemimpin baru.
Al Azhar kemudian beralih haluan, dari Ismailiyah menjadi sekolah Suni tradisional hingga saat ini.
1174 - Nur ad-Din meninggal, Saladdin yang sebelumnya sempat terjadi pergesekan dengan Nur ad-Din karena semakin meluas pengaruh nama baiknya di Mesir, datang ke Suriah dengan sambutan dukungan yang luas dari penduduk Suriah.
1180 - Islam yang sebelumnya terpecah-pecah bersatu kembali dengan pengaruh Saladdin, sementara pasukan perang Salib yang sebelumnya bersatu, kondisinya sebaliknya saat ini yaitu dalam terpecah.
Walaupun sudah kuat, Saladdin tidak tertarik untuk membuat konfrontasi dengan kerajaan Jerusalem, dibuatlah perjanjian damai antara wilayah Islam dengan Kerajaan Jerusalem.
1187 - Reynald de Chatillon berulangkali melanggar perjanjian damai yang disepakati, sehingga memperovokasi terjadinya perang antara Saladdin dan Jerusalem.Â
Perang Hattin, pasukan Saladdin mengalahkan pasukan perang Salib Jerusalem, dan menjadikan Jerusalem kembali dikuasai Muslim.
Peperangan selanjutnya antara Saladdin dengan Raja raja pemimpin pasukan Salib, terutama Raja Richard the Lionheart, memulai babak baru Perang Salib yang dilandasi sikap saling menghormati antara Islam dan Kristen.