Masa itu pecah perang Falkland, Inggris menggempur daratan Argentina. Setiap hari berita tentang pesawat Sea harrier melawan Sky hawk muncul di TV dan koran.
Dari lembar koran Kompas yang saya baca di langganan  tempat main masa kecil di Taman Martina Tiahahu samping Terminal Blok M saya bertanya ke pemilik lapak koran.
"Kok bisa ya berita perang ada yang ngelihat, bikin berita, langsung ada disana?"
"Itu kerjaannya wartawan perang tong. Mereka disana sembunyi gak kelihatan. Mungkin bawa-bawa kamera, sama buku," jawab pemilik lapak
"Bisa gak kelihatan ya bang?" tanya saya heran
"Badannya harus kecil...naah elu cocok tuh kalo jadi wartawan perang, badanlu kecil bisa ngumpet, gak kelihatan!"
Sekitar Mei 1982 itu, tiba-tiba saya dapat inspirasi mengubah keinginan dari menjadi Superman bergeser untuk jadi wartawan perang.
Setiap menonton dan membaca berita perang Falkland atau Malvinas saya menuliskan ulang menjadi sebuah berita versi saya.
Entah dimana buku-buku berita itu, cerita tentang perang timor timur dari Hendro Subroto juga saya susun versi anak kecil.
Perang Malvinas memberi pesan pada saya bahwa tubuh kecil juga bisa mengubah dunia.
Sayangnya Tuhan lebih pilih mengabulkan doa saya. Menjelang SMA badan saya menjulang tinggi.
Dan tak ada satupun peperangan yang telah saya liput meskipun saya tetap menulis.
Serat Hayat - AN 220123