Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Memulai Cerita Lama di Kaliwadas - 2

3 Oktober 2021   22:09 Diperbarui: 3 Oktober 2021   22:34 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

"Ok, kalau begitu ayah bergerak kebawah, menyusuri aliran sungai. Kalian bergerak keatas menuju hulu sungai. Hati-hati sungai ini cukup curam! Apa kode kalau terjadi sesuatu, atau salah satu dari kita butuh pertolongan?" tanya saya. Kami bertiga sejenak berpikir untuk menemukan kata yang tepat untuk  saling berkomunikasi dari kejauhan jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan.

"Moji....teriak Moji!" usul Fai. Moji adalah nama panggilan Mojito kucing jantan dirumah kami. Ia jarang berbunyi, namun jika membutuhkan sesuatu baru ia akan mengeluarkan suaranya. Entah bagaimana usul itu muncul dari kepala Fai.

"Ok,  setengah jam lagi kita kumpul disini. Kalau ada sesuatu, teriak Moji" sahut Rafi.

Sebelum bergerak, saya membiarkan keduanya berangkat terlebih dahulu hingga hilang dari pandangan di bebatuan dasar sungai yang membentuk sudut Sembilan puluh derajat.

Dihadapan, Sungai kecil meliuk menuju lembah yang lebih rendah. Seluruh badan sungai tetap tak berisi air. Saya menyusurinya pelan setapak demi setapak berharap menjumpai mata air. Ranting-ranting patah berguguran di dasar sungai, bongkahan batu-batu besar menyembul disana-sini, matahari makin meninggi, angin lembut berdesir.

Lima belas menit saya mencari terus hingga kebawah sampai menemukan kontur sungai yang curam tak mungkin lagi saya tempuh. Langkah dihentikan, ditepi jeram sungai kering itu saya terduduk diam namun tak mengosongkan pikiran. Sunyi, haus dan hening amat terasa.

Muncul pertanyaan mengapa saya sampai disini? Ditengah aliran sungai kering seperti ini? Mencari kesulitan? mencari  sesuatu yang bagi sebagian orang tak pantas bagi orang seusia saya?

Begitu banyak pelajaran hidup yang telah dilalui, cobaan kesulitan, cobaan kesenangan, silih berganti  selama ini dan kini saya malah menghampiri  musuh abadi, musuh yang sejatinya adalah sahabat baik manusia...ia Alam semesta.  Anehnya saya datang kesini atas kemauan sendiri, mengajak keturunan saya sendiri, untuk menghadapinya.

Angin dari kaki gunung mencoba lagi menyapa, seolah menghibur saya yang terdiam  mencari makna dalam kekeringan. Sesuai perjanjian, lima belas menit lagi saya harus kembali ketempat kami berpisah, memastikan perjalanan pendakian kami akan diputuskan untuk berlanjut atau tidak.

Di alam raya , tak ada orang lain yang bisa menentukan jalan kecuali diri sendiri. Saya beringsut bergerak kembali keatas, akan mencoba berdamai pada anak-anak, kali ini harus memutuskan untuk kembali ke kaliwadas.

"Aiiiir....Aiiiir....Aiiir!" tiba-tiba gemuruh suara bariton Fai mengisi relung lembah. Bukan kata 'Moji' yang ia teriakkan, itu artinya tak ada bahaya menyapa, entah apa maknanya? Saya khawatir ia terlalu terobsesi pada air sehingga berteriak keseluruh lembah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun