Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Inner Sanctum (I), Vrijland

17 Januari 2019   07:05 Diperbarui: 17 Januari 2019   07:46 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Jangan berlagak seakan-akan kau adalah Parman yang selama ini aku kenal. Cepatlah!!! Cepatlah kau keluar dari tubuh manusia itu, dasar setan kurang hajar!! Berani-beraninya kau merasuki tubuh seorang pemikir cerdas dari desa kami!!!"

Tubuh Parman itu terlihat tidak senang dengan pernyataan Lav itu, sedangkan arus energi itu semakin mendekat ke arahnya. Mau lari kemana lagi dia? Jelas-jelas dia sedang menggantung di udara, tidak ada yang bisa dia perbuat, banyak. Hanya melawan balik satu-satunya harapan yang bisa dia coba pertaruhkan.

Tangannya berubah bentuk menjadi sesuatu yang tidak diperkirakan oleh Lav. Yang terlihat hanyalah tangan harimau yang masih melekat ke tubuh Parman. Mengapa ini bisa terjadi? Apa benar kesurupan bisa mengubah fisik seseorang sampai tingkatan seperti itu?

"Bukan!!! Ini adalah efek dari ramuan yang aku minumkan kepadanya tadi. Tetapi, tidak mungkin efeknya bisa terjadi di dalam jangka waktu yang begitu singkat! Sudah ku duga, ini adalah efek dari pusaka langka!!! Tidak ku sangka hubungan Parman dengan para sufi itu membawa semacam kebaikan yang tidak terkira!!!"

Girang kepalang Lav. Di dalam kepalanya hanya ada satu pemikiran, bahwa sekarang TarukoPedang telah memiliki satu kekuatan baru, masih segar dan masih jangkal sumur energi yang baru dia selami. Potensinya begitu besar!! Ini adalah suatu keberhasilan yang tiada tara.

"Tuan Lav!!! Rasakan ini!!!"

Tangan harimau itu mencakar ke arah depan. Arus angin yang begitu kuat datang menghadang semburan energi cahaya yang dihamburkan oleh Lav. Arus angin itu berjumlah lima dan keluar dari masing-masing kuku Parman. Sangat kuat dan kencang sekali laju dari arus angin itu. Bagi manusia biasa, tidak ada yang terlihat melainkan hanya merasakan kekuatan angin yang begitu besar melesat dengan sangat cepat. Sementara bagi para petarung yang telah terlatih, atau bagi para pengguna pusaka, yang terlihat seperti lima buah pipa udara yang lancip dan datang dengan gemuru yang begitu kuat suaranya. Tidak ada yang bisa menghindari dari serangan secepat itu.

"Gawat!!! Aku tidak mungkin mampu menghindar! Aku harus mencari jalan lain," Lav tidak bisa bergerak karena masih menjadi tumpuan dari energi cahaya yang begitu kuat itu. Melepaskan tanggung jawab ini akan menyebabkan ketidakstabilan dari bola cahaya yang telah dibentuk. Salah-salah bisa merujuk kepada suatu kehancuran yang sia-sia. Lav berpikir keras, bagaimana caranya dia bisa melindungi dirinya.

"Tidak ada!! Tidak ada yang aku lakukan untuk menghindari lima pipa angin itu. Tidak ada!!! Yang harus aku lakukan hanya menerima serangan tolol itu. Tidak ada cara lain!!!" Rasa takut menyambar Lav yang semakin menua. Waktu tidak bisa dia bohongi, bagaimanapun sekarang dia tetap seorang pemuda (bekas) yang masih diberi kepercayaan untuk menanggung tampuk kepemimpinan di desa yang terlupakan oleh sejarah. Lav tidak bisa lagi bergerak dengan sangat gesit. Dahulu dia bisa melesat lebih cepat daripada angin. Banyak dari para tentara terdahulu yang berkesaksian bahwa Lav bisa menyelamatkan seseorang yang berjarak kurang lebih dua ratus meter kurang dari satu detik, dan sedetik kemudian dia kembali ke pijakan awalnya. Bahkan, lebih dari itu, dia pernah menyampaikan pesan darurat perihal kedatangan legium asing menuju daerah kerajaan. 

Waktu yang normal dibutuhkan untuk sampai ke markas utama militer kerajaan adalah satu hari perjalanan dengan kuda tercepat. Akan tetapi, Lav tidak memerlukan kuda! Cukup dengan betisnya yang tidak seberapa besar itu, dia bahkan mampu melebihi kecepatan kuda yang sungguh tergopoh gopoh berlari menembus waktu yang mengejar di belakang. Tidak perlu satu hari perjalanan, cukup lima jam saja, dan itulah yang terjadi. Kejadian itu memang pernah terjadi. Bukan khayalan apalagi mitos yang tidak bisa dibuktikan.

Perkuat!!! Perkuat!!! Perkuat!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun