Mohon tunggu...
Arung SamuderaJaya
Arung SamuderaJaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Pemula yang ingin terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Semiotika Dalam Analisis Rasisme Film "The Hate You Give"

20 Agustus 2021   08:50 Diperbarui: 20 Agustus 2021   08:50 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejatinya semua manusia memiliki perbedaan yang beragam, hal ini adalah suatu bentuk untuk mengagumi sang pencipta karena telah menciptakan manusia dengan berbagai bentuk dan rupa. Dengan adanya keberagaman tersebut akan tercipta kerukunan untuk saling menghargai satu sama lain, namun beberapa dari mereka malah menganggap perbedaan itu adalah hal yang menjadi tolak ukur siapa yang paling mulia dari mereka atau dengan kata lain mereka membuat kasta sendiri. Dan hal yang paling sering dijadikan tolak ukur adalah warna kulit, bagi mereka warna kulit melambangkan siapa mereka dan apa kedudukannya sehingga mereka yang berkulit putih merasa lebih baik daripada mereka yang berkulit hitam, hal ini biasanya disebut dengan istilah rasisme. 

Rasisme, diskriminasi rasial, prasangka, dan berbagai sikap terhadap intoleransi masih ada, tidak hanya di belahan dunia yang distereotipkan terkait situasi ini, seperti di Amerika Serikat, dan  di Amerika Serikat. Intoleransi ada di mana-mana, dalam semua jenis pakaian.  Asal usul kata "ras" diketahui sekitar tahun 1600. Pada tahun  Franois Bernier pertama kali mengajukan gagasan tentang  perbedaan manusia berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah (Alo Liliweri, 2005: 21). Di dunia, dapat dibagi menjadi empat ras utama. Permainan  berwarna hitam, putih, kuning dan merah. Salah satu tokoh yang memperkenalkan konsep ras adalah Charles Darwin. Darwin  merepresentasikan ras sebagai sesuatu yang berhubungan dengan karakteristik biologis dan fisik . Yang paling jelas warna kulit  (http://www.harunyahya.com/indo/buku/emphasisme4.htm. Konsultasi tanggal 5 Januari 2007 ). Teori Darwin digunakan sebagai dasar tindakan untuk membenarkan dominasi satu ras atas ras lain, sehingga menciptakan superioritas ras dan menekan ras yang merasa lebih unggul dari ras yang menganggap dirinya lebih rendah.

Kemudian, setelah pedagang Eropa mengakui status Eropa sebagai kekuatan militer pasca-Perang Dingin, mereka menjajah Afrika dengan senjata seperti  kapal dan senjata, dan mengembangkan sumber daya alam Afrika.  Demikian pula, orang Afrika sendiri diperbudak. Untuk membuktikan praktik perbudakannya benar, Amerika Serikat mengajukan pandangan bahwa Afrika tidak memiliki masa lalu atau sejarah sebelum Amerika Serikat ada pada tahun , dan orang Afrika hidup dalam kemiskinan. Ketika mereka tiba, mereka menemukan Afrika. Tampaknya Amerika Serikat benar-benar menyelamatkan Afrika pada tahun . Amerika Serikat juga telah mengembangkan  teori ilmiah untuk membuktikan kelebihan orang kulit putih dan  kekurangan/kekurangan orang kulit hitam. Sebuah teori yang ada dikemukakan oleh "pedagang" budak  Thomas Jefferson, yang membenarkan hubungan evolusioner antara manusia dan  Negro, yang tentu saja merupakan persepsi yang salah. Singkatnya, ia percaya bahwa orang kulit hitam secara fisik dan mental lebih rendah daripada orang kulit putih. Siberia.

Salah satu bukti peristiwa sejarah di Amerika Serikat yang dapat dijadikan acuan  adalah 'Militia Acts' tahun 1792.  Pemerintah pada saat itu memberikan kesempatan untuk bergabung dengan "anti-miscegenation laws" atau  Angkatan Bersenjata. Dalam bentuk surat kabar untuk menyebarkan komunikasi media,  dengan jelas menyatakan bahwa hanya  orang kulit putih yang dapat berpartisipasi. Pada saat yang sama,  Undang-Undang Larangan Hubungan Ras mulai berlaku sebelum tahun 1967, yang melarang  pernikahan dan hubungan seksual antara orang kulit putih dan kulit hitam. Ada juga komunitas India dan Asia. Ini dilakukan pada  untuk menghilangkan kemungkinan distribusi vertikal atau horizontal dari posisi hitam  ke posisi putih karena jatuh dan alasan lainnya.

rtikel ini akan menjelaskan bentuk-bentuk rasisme yang ditunjukkan dalam film "The Hate You Give". The Hate U Give adalah film besutan sutradara George Gillman yang diadaptasi oleh novel dengan judul sama oleh Angie Thomas. Dibintangi oleh Amandla Stanberg, KJ Apa, Anthony Mackie, & Regina Hall. Film yang tayang pada 2018 ini menyoroti tentang penembakan pemuda kulit hitam. Isu yang marak di Amerika Serikat beberapa saat terakhir. Singkat cerita Starr Carter (Amandla Stenberg) adalah seorang gadis kulit hitam berusia 16 tahun yang tinggal di antara dua dunia yang berbeda, dia tinggal di lingkungan miskin dan bersekolah di sekolah menengah bergengsi di pinggiran kota. Keseimbangan dua dunia yang sekian lama dia jaga itu hancur ketika Starr menjadi saksi satu-satunya tragedi. Dari penembakan sahabatnya, Khalil (Algee Smith) oleh seorang polisi. Pada malam itu, Starr pergi ke sebuah pesta di Garden Heights dan bertemu dengan Khalil. Saat Khalil mengantarnya pulang dengan mobil, mereka diberhentikan oleh polisi. Polisi memaksa Khalil untuk keluar dari mobil dan menembaknya, padahal saat itu Khalil tidak bersenjata. Peristiwa itu sontak menjadi permasalahan yang cukup serius bagi kedua golongan tersebut. Pada akhirnya terjadi demo besar-besaran yang dilakukan oleh golongan orang kulit hitam yang tinggal di pinggiran kota, mereka menuntut keadilan atas terbunuhnya Khalil, sementara Starr yang dilema karena dia harus menjadi saksi atas pembunuhan temannya atau dia harus bungkam demi menjaga golongannya dan juga keluarganya. Apa saja bentuk tindakan rasisme dalam film "The Hate You Give" akan dijelaskan dalam artikel ini.

Metode 


Pada penulisan artikel ini penulis menggunakan metode yang disebut semiotika. Secara historis, semiotika telah dikenal sejak akhir abad ke-19. Namun, cabang ilmu ini  mulai berkembang sampai pertengahan abad ke-20. Semiotika pertama kali merupakan bagian dari filsafat, dan kemudian dikenal luas di dunia bahasa dan sastra. Seni, terutama seni rupa. Semiotika sendiri berasal dari kata "semeion" yang dalam bahasa Yunani berarti "tanda". Semiotika adalah disiplin ilmu dan metode analisis yang mempelajari tanda-tanda suatu objek sehingga makna yang terkandung dalam objek tersebut dapat dikenali dan dipahami. Tanda melambangkan sesuatu dan maknanya adalah hubungan antara objek dan gagasan tanda pada objek. Makna berarti bahwa objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal ini objek ingin berkomunikasi, tetapi juga merepresentasikan sistem simbol yang terstruktur (Barthes, 1988; 179 dalam  Kurniawan, 2001).

Menurut pakar yaitu Pateda, semiotika dibagi menjadi sembilan jenis yaitu: Semiotika Deskriptif,  Semiotika deskriptif adalah semiotika yang memperhatikan sistem tanda saat ini, meskipun ada tanda yang tidak berubah sejak masa lalu dan tetap sama yang dapat dibuktikan saat ini. Semiotika kultur,  Semiotika kultur mengkaji sistem tanda kultur atau kebudayaan masyarakat tertentu. Kekayaan budaya Indonesia merupakan contoh nyata dari semiotika kultur, dimana setiap suku memiliki tradisi dan budaya yang memiliki ciri khas yang membedakannya dengan suku lainnya. Semiotika Naratif,  Dalam semiotika naratif diasumsikan bahwa narasi dalam bentuk mitos dan cerita lisan atau dongeng (folklore) mengandung sistem tanda tertentu, karena mitos atau cerita rakyat memiliki nilai budaya yang tinggi. Semiotika Normatif,  Semiotika normatif secara khusus disengaja diciptakan oleh manusia, sistem tanda yang diciptakan secara sadar dalam bentuk norma yang digunakan dalam masyarakat. Salah satu contohnya adalah rambu-rambu jalan. Semiotika Sosial, semiotika sosial adalah semiotika yang mempelajari sistem semiotika yang terdapat dalam bahasa. Dalam semiotika sosial, sistem simbol buatan diekspresikan dalam bentuk simbol, dan kedua simbol tersebut muncul dalam bentuk kata dan kalimat. Semiotika Struktural,  semiotika struktural adalah ilmu semiotika yang mengkhususkan  dalam studi tentang sistem simbol yang diekspresikan dalam struktur bahasa. Dalam semiotika struktural, bagian-bagian penyusun simbol dihubungkan oleh suatu jaringan hubungan antara bagian-bagian penyusunnya yang disebut sistem. Semiotika faunal,  Semiotika faunal, adalah semiotika yang memberikan perhatian khusus pada sistem semiotik yang dihasilkan oleh hewan. Secara umum, kelompok hewan menciptakan simbol-simbol tertentu untuk berkomunikasi satu sama lain, tetapi ada juga simbol yang dapat diartikan oleh manusia. Semiotika Natural, hampir  mirip dengan semiotika faunal, semiotika natural mempelajari sistem simbol yang ada pada fenomena alam, dan sistem simbol ini dapat dipahami sebagai pengetahuan manusia. Misalnya, air sungai yang keruh menunjukkan hujan di hulu, daun-daun kering menunjukkan musim kemarau, dan banjir menunjukkan kerusakan alam.

            Dalam artikel ini penulis menggunakan metode semiotika sosial, yang dimana munculnya simbol atau tanda bersumber dari kata maupun kalimat. Hal ini dikarenakan pada film pasti terdapat dialog antar tokoh dan terdapat banyak makna yang akan disampaikan melalui dialog tersebut, sehingga dengan menggunakan metode ini dibutuhkan kepekaan penulis dalam mengartikan pesan apa yang akan disampaikan dalam dialog tersebut dan akan dapat dicerna oleh pembaca dengan baik.

Hasil dan Pembahasan

            Dari penjelasan singkat di atas telah ditemukan beberapa tanda atau simbol yang menunjukkan tindakan rasisme yang ada pada film "The Hate You Give". Pada menit awal menyuguhkan adegan di sebuah tempat yang cukup ramai dan semuanya dihuni oleh warga berkulit hitam, lalu adegan pindah ke dalam rumah pada menit 1:14 terlihat seorang ayah sedang mengobrol tentang peraturan yang harus mereka taati selama tinggal di wilayah itu kepada anak-anaknya, dalam pembicaraan itu sang ayah berkata: "jika bertemu polisi yang menghampiri mobil kita, sebaiknya langsung diam dan ikuti apa kata mereka, jangan bergerak secara tiba-tiba karena itu akan mengejutkan mereka dan jangan lupa menaruh kedua tangan di atas dasbor." Dari pernyataan tersebut jika diartikan maknanya secara konotasi adalah bahwa polisi di sana selalu menaruh rasa curiga yang berlebihan terhadap orang kulit hitam, itu dikarenakan mereka dianggap sebagai ancaman yang akan membahayakan ras mereka setiap saat, atau mereka selalu dianggap sebagai penjahat.

            Lalu pada menit 25:58 dimana pada saat itu adegan yang berada di dalam mobil yang dikemudikan oleh teman Starr yang bernama Khalil tiba-tiba diberhentikan oleh mobil polisi tanpa sebab yang jelas, lalu Khalil dipaksa keluar dari mobil dan polisi yang memeriksanya tersebut bertanya "apakah kau membeli narkoba hari ini?". Pertanyaan tersebut langsung dibantah oleh Khalil, lalu Khalil terlibat adu mulut dengan petugas polisi tersebut dan pada saat petugas akan memeriksa surat-surat kelengkapan mobil tangan Khalil masuk ke dalam kursi mobil untuk mengambil sisir rambut, atas tindakan itu petugas pun curiga dan mengira itu adalah senjata api dan tanpa berpikir panjang petugas itu menembak Khalil sebanyak dua kali di bagian dada dan bahu sebelah kiri yang membuat Khalil langsung jatuh tersungkur di aspal. Dari tanda di atas dapat diartikan bahwa mereka (orang kulit putih) selalu beranggapan bahwa orang kulit hitam adalah orang jahat, dan selalu bermasalah. Di mata mereka orang kulit hitam selalu identik dengan kekerasan dan narkoba dan juga untuk apa para petugas itu memberhentikan mereka tanpa alasan yang jelas. Hal ini dapat diartikan mereka selalu curiga terhadap apa yang mereka orang kulit hitam lakukan, seperti hak mereka dibatasi dan tidak bisa bebas seperti  orang kulit putih yang dapat hidup tenang dan aman.

            Pada menit 29:36 adegan menunjukkan Starr sedang berada di kantor polisi lebih tepatnya di ruang interogasi didampingi oleh ibunya, lalu dua orang detektif medatanginya dan mengajukan beberapa pertanyaan, awalnya pertanyaan yang ditanyakan masih tentang peristiwa tersebut, namun pertanyaan mulai berubah dan cenderung keluar dari peristiwa yang sedang terjadi seperti: "apakah Khalil memakai narkoba? Apakah kau pernah melihat Khalil menjual narkoba?." Sebuah pertanyaan yang tidak masuk akal dan bahkan diluar topik peristiwa tersebut, hal itu merupakan tanda bahwa kedua detektif berkulit putih itu terus memberi tekanan dengan pertanyaan-petanyaan yang tidak seharusnya ditanyakan, dapat terlihat mereka tidak benar-benar ingin menyelidiki kasus tersebut. Ini merupakan tindakan diskriminasi atau membeda-bedakan seseorang berdasarkan ras atau golongannya, mereka berpikir bawa orang kulit hitam memang selalu tidak jauh dari narkoba dan kekerasan.

            Pada menit 35:58 saat pamannya Starr yang kebetulan salah satu anggota polisi memberitahu bahwa petugas yang menembak Khalil tidak dipenjara, melainkan hanya dikenai hukuman cuti berbayar. Dari gambaran tersebut dapat diartikan bahwa tidak hanya kebebasan mereka yang dibatasi namun keadilan mereka juga tidak dipedulikan. Mereka seolah memandang segalanya dari warna kulit sehingga mereka ingin ras kulit putih menjadi ras yang paling unggul. Kejadian yang cukup miris dimana negara superpower sekelas Amerika Serikat ternyata masih memandang warna kulit sebagai tolak ukur.

            Pada menit 46:37 adegan menunjukkan ayah dari Starr menjelaskan mengapa kaum mereka banyak yang mengedarkan narkoba, hal itu dikarenakan mereka sangat butuh uang dan juga tidak adanya pekerjaan yang layak untuk mereka. Jika pernyataan tersebut diartikan bahwa mereka (orang kulit hitam) keberadaannya seperti tidak diakui, bagaimana tidak ketika mereka tidak mendapatkan hak untuk hidup layak serta mendapat pekerjaan. Hal itulah yang kemudian memaksa mereka untuk terjun ke perangkap dan kebanyakan mereka berakhir di penjara atau ditembak. Padahal sebenarnya mereka juga ingin hidup normal, namun apa daya jika tempat yang mereka tinggali melakukan tindakan yang tidak manusiawi seperti itu.

            Pada menit 54:19 menunjukkan adegan para orang kulit hitam sedang melakukan aksi damai menuntut keadilan atas terbunuhnya Khalil, dalam aksi itu mereka meneriakkan "tidak ada keadilan tidak ada perdamaian", hal ini berarti mereka sangat mengecam apa yang dilakukan oleh petugas tersebut dan lebih parahnya lagi petugas tersebut tidak berniat dipenjara. Secara tidak langsung jika kasus ini tak kunjung selesai maka berbagai kekacauan akan terjadi dan perang antar ras bisa saja terjadi. Mereka diperlakukan secara brutal oleh pihak keamanan yang seharusnya menjadi penjaga ketentraman, namun mereka malah menjadikan orang kulit hitam layaknya hama yang harus disingkirkan.

            Pada menit 01:02:20 adegan menunjukkan terjadinya demo di sekolah Starr, namun Starr merasa itu semua tidak benar karena mereka melakukan semua itu hanya agar tidak melaksanakan ujian pada hari itu, hal  itu diperkuat dengan saat mereka melakukan demo namun dengan suasana yang gembira, seolah mereka tidak menunjukkan wajah sedih atau empati sama sekali. Dapat diartikan bahwa mereka melakukan aksi demo tersebut hanya untuk alasan agar tidak jadi ujian pada hari itu, mereka tidak tau bahwa itu adalah kasus pembunuhan yang sudah terjadi berulang kali dan mereka rupanya juga tidak ingin tahu menahu dengan persoalan tersebut. Itu berarti mereka tidak benar-benar peduli atas apa yang menimpa kaum orang kulit hitam.

            Pada menit 01:09:15 saat ayah Starr telah terlibat cekcok dengan pemimpin geng mereka yaitu The King, tiba-tiba polisi mendekatinya dan langsung menyuruh ayah Starr untuk bersandar di dinding, sontak saja seluruh orang yang ada di sekitar merasa ketakutan. Hal ini bisa diartikan bahwa mereka terkesan sangat membenci orang kulit hitam dan selalu berprasangka buruk dan rupanya tugas seorang polisi di sana bukan lagi untuk melindungi dari kejahatan, nemun mereka hadir hanya untuk menyebar ketakutan. Seringkali mereka bertindak lebih agresif terhadap orang kulit hitam dan mereka pasti memperlakukannya dengan kasar, tidak peduli mereka masih anak-anak atau sudah dewasa. Mereka orang kulit hitam terlihat sebagai sosok yang lemah dan tidak berdaya dikarenakan hukum yang ada sudah rusak dikarenakan sikap rasis orang kulit putih, kebanyakan mereka hanya bisa pasrah dan tak bisa berbuat apa-apa.

Kesimpulan

            Sebenarnya masih ada beberapa perlakuan rasisme lainnya namun tidak semua disebutkan dalam artikel singkat ini, dikarenakan beberapa kejadian tersebut rata-rata hampir sama dengan kejadian sebelumnya yaitu tentang keadilan. Inti dan tujuan dari ditulisnya artikel ini adalah menunjukkan bahwa segala tindakan rasisme itu sangat tidak dibenarkan. Kita sebagai manusia memang diciptakan dengan berbagai bentuk rupa fisik, namun perbedaan tersebut bukanlah menjadi tolak ukur mana yang lebih baik melainkan agar antar ras maupun golongan bisa saling menghormati dan saling membantu satu sama lain. Tidak ada ras yang lebih unggul semuanya sama rata, semuanya berhak memiliki haknya masing-masing seperti hak kebebasan berekspresi, hak mendapat perlindungan, dan hak untuk mendapatkan keadilan. Jika suatu negara memperlakukan salah satu golongan yang juga menjadi warga negaranya dengan tidak adil atau membatasi hak mereka, maka negara tersebut tidak akan pernah bisa menghargai satu sama lain.

            Yang pada akhirnya akan berujung banyak kerusuhan, pembunuhan dimana-mana yang membuat negara tersebut menjadi kacau dan seolah tidak ada kata damai di negara tersebut. Satu hal yang perlu diingat kepada negara yang memiliki tingkat rasisme yang masih tinggi, jika sikap maupun tindakan rasisme itu tak kunjung berakhir maka negara tersebut akan jauh dari kata damai. Akan selalu ada pertikaian, keributan, bahkan pembunuhan dan masyarakatnya akan hidup dengan penuh ketakutan dan ancaman

            Hitam ataupun putih tidak ada bedanya, mereka semua sama tidak ada yang perlu diperdebatkan, hanya saja perlu mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan, manusia akan tetap menjadi manusia, tidak mungkin akan menjadi iblis, tapi hanya manusia itu sendiri yang mampu merubah dirinya menjadi sekejam iblis.

Referensi 

Jhony Senduk, A. D. S., & , M. R. (2015). ANALISIS SEMIOTIKA FILM "ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI". IV(1), Retrieved August 12, 2021, from https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurnakomunikasi/article/view/6713&ved=2ahUKEwjzvuT7vL3yAhVJeX0KHX-IDckQFnoECAMQAQ&usg=AOvVaw3tucCfroKgQ-qJxbYtLCtD  

Hidayati, N., Christiarini, R., Rosetia, A., Anastasya, V., Sonita, T., Kordinata, E., , H., Liong, K., Dwi, N., Cantikasari, A., Lorence, S., & Hartanto, R. (2020). MENANGKAL RASISME DI ERA DIGITAL. 2(1), 181-191. Retrieved August 13, 2021, from https://journal.uib.ac.id/index.php/nacospro/article/view/1183  

Hamida, A. (n.d.). Sejarah Rasisme di Amerika Serikat. Retrieved August 16, 2021, from https://www.academia.edu/download/65349973/Sejarah_Rasisme_di_Amerika_Serikat.pdf  

Abadi, M., & Muthohirin, N. (2020). METODE CULTURAL RESPONSIVE TEACHING DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM: STUDI KASUS TINDAK XENOPHOBIA DAN RASISME DI TENGAH BENCANA COVID-19. Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam, 9(1), 34-48. Retrieved August 17, 2021, from https://ejournal.umm.ac.id/index.php/progresiva/article/view/12520

Sartini, N. W. (n.d.). Tinjauan Teoritik tentang Semiotik. Retrieved August 18, 2021, from https://scholar.google.com/citations?user=JOCVuoYAAAAJ&hl=id&oi=sra

Mudjiono, Y. (2011). KAJIAN SEMIOTIKA DALAM FILM. Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(1), 126-138. Retrieved August 19, 2021, from http://books.uinsby.ac.id/id/eprint/216/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun