Mohon tunggu...
Widyatmoko
Widyatmoko Mohon Tunggu... Co-Founder of Aviasi.com

Fokus Pada Aviasi dan Pariwisata

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ditawari Jadi Tim Manajemen Maskapai yang Merugi Terus?

30 September 2025   21:01 Diperbarui: 30 September 2025   23:47 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Maskapai (pixabay.com)


Pada beberapa hari ini, berbagai platform berita di negeri kami didominasi dengan pemberitaan mengenai maskapai kebanggan kami yang (lagi lagi) mengalami kerugian, ada kata 'lagi lagi' dalam kurung yang berarti hal ini bukan seperti hal yang terulang tapi rasanya seperti sudah menjadi kebiasaan serta juga pembiaran.

Berbagai usaha seperti beberapa kali suntikan dana serta berbagai proses restrukturisasi telah menjadi bagian dari perjalanan masakapai ini, tapi entah kenapa maskapai lagi lagi merugi.

Berbagai pertanyaan seperti mengapa bisa merugi, apa kesalahannya serta sudahkah teridentifikasi dan dilakukan pembenahan dan lainnya pun seperti angin yang walau berganti musim (tim manajemen) tetap akan menghampiri kembali.

Terakhir ini kerugian maskapai menurut beberapa sumber berita mencapai hingga 2,3 triliun jika menggunakan kurs mata uang negara kami.

Dalam sebuah platform media sosial, sebuah media berita memposting seorang sosok yang dahulu mengklaim ditawari untuk memimpin maskapai ini dikala beliau masih mengurusi perusahaan transportasi berbasis rel di negeri kami.

Postingan ini setidaknya membuka pertanyaan, apa syarat menjadi tim manajemen maskapai kebangaan nasional ini, apakah utamanya memiliki kedekatan dengan pemimpin negeri atau karena memiliki jam terbang yang tinggi terutama pada pengelolaan sebuah maskapai ?.

Maskapai yang terus sakit ini memang secara mayoritas sahamnya dimiliki oleh negara kami yang kemudian dikelola di bawah sebuah Departemen (setara Kementerian) yang juga mengelola Perusahaan yang saham mayoritasnya dimiliki oleh negara, oleh karenanya tidaklah mustahil jika ada seseorang yang memiliki kedekatan ataupun relasi dengan pihak 'di atas' bisa ditempatkan (baca: titipan) menjadi anggota tim manajemen perusahaan yang saham mayoritasnya dimiliki oleh negara.

Postingan tadi setidaknya juga membuat penulis berandai andai, bagaimana jika ada tawaran menghampiri penulis ?

Tidak memerlukan waktu lama untuk menjawabnya, tapi bukan untuk menjawab tawaran tersebut melainkan mengajukan beberapa persyaratan, apa saja persyaratan tersebut ?.

Maskapai harus lepas dari naungan departemen pemerintah yang artinya juga bahwa saham mayoritas tidak lagi dikuasai oleh negara, apa alasan dari persayaratan ini ?.

Maskapai ini sudah sering sakit dan juga diberikan obat yang sangat mahal harganya, ini bukan berarti tidak diidentifikasi penyakitnya, karena sebuah obat seyogyanya memang dikonsumsi agar penyakit dapat dipulihkan, nah jika penyakit tidak pulih juga bisa jadi karena penyakitnya belum benar benar diidentifikasi atau juga sudah diidentifikasi namun pemberian obatnya tidak tepat.

Untuk kasus maskapai kami ini, sepertinya penyakit sudah diidentifikasi namun sepertinya obat yang diberikan tidak tepat, nah syarat tadi merupakan obat yang menurut penulis mudah mudah an bisa sangat ampuh untuk menyembuhkan secara permanen.

Juga dana pembelian obat atau suntikan yang terus diberikan tadi dapat dialihkan untuk pembelanjaan lainnya seperti pembangunan infrastruktur pendidikan segala bidang serta baik umum maupun khusus seperti bidang aviasi sehingga akan tercetak insan insan aviasi yang mumpuni dimasa mendatang.

Selain itu, tidak ada lagi orang 'titipan', karena apa? Walaupun orang tersebut memiliki jam terbang tinggi dalam manajemen maskapai, konsep "berhutang budi" serta sejenisnya masih menempel laksana lem gajah sehingga akan tetap sulit melepas pengaruh ataupun praktik praktik yang sebenarnya kurang baik bagi perjalanan usaha maskapai.

Melepas saham mayoritas tidak berarti pula berkurangnya kebanggan nasional pada maskapai, karena apa? Kebanggaan nasional itu tidak melekat pada kepemilikan tapi lebih pada nama (maskapai) itu sendiri serta pastinya pada prestasi yang diraihnya (kerugian tidak ternasuk).

Kebanggan nasional yang seyogyanya dipersembahkan oleh maskapai nasional adalah dengan tidak hanya terbang tinggi serta tidak rawan terhadap turbulensi tapi juga dengan sayapnya dapat terbang sejauh mungkin hingga mengantarkan sebanyak mungkin tamu tamu pada pariwisata (baca : prestasi, pencapaian dan lain lain).

Penulis melihat kepemilikan maskapai KLM dan Air France misalnya dimana keduanya di bawah kepemilikan sebuah group dimana pemerintah Belanda hanya memiliki 9,3% serta pemerintah Perancis sebesar 27,9% (per Desember 2024), akan tetapi kedua maskapai tidak kehilangan statusnya sebagai maskapai nasional (flag carrier) dari masing masing negara.


Dengan tidak ada pengaruh (mayoritas) dari negara, tidak hanya berarti negara tidak perlu lagi menggelontorkan dana yang cukup besar untuk terus menerus membeli obat, apakah itu dana dari anggaran belanja pemerintah maupun dana investor yang terkumpul di sebuah wadah seperti layaknya departemen tapi juga tim manajemen dapat bergerak dengan tidak di bawah pengaruh (baca : tekanan).

Dahulu di negara kami ada sebuah maskapai yang sekarang sudah tidak ada lagi, pergantian tim manajemen dahulunya konon dapat terjadi karena ada ketidaksetujuan tim manajemen atas arahan dari pihak pihak 'di atas', bilamana ini terjadi juga di maskapai lainnya maka jurusan akhir dari maskapai nasional akan sama dengan maskapai yang kini hanya tinggal kenangan saja.

Tekanan bisa berupa keharusan membeli jenis pesawat yang sebenarnya kurang dapat memberikan manfaat eknonomi terhadap maskapai, dengan kata lain akan membebani kinerja keuangan maskapai.

Persyaratan lainnya mungkin ada baiknya jika orang yang memimpin manajemen bukan orang dari negara kami melainkan dari luar negara, sekali lagi ini bukan tidak nasionalis atau apapun itu, juga bukan berarti orang dari negara kami tidak ada yang memiliki kemampuan manajemen.

Ini ada kaitannya dengan akan adanya kemungkinan terbebasnya tim manajemen dari tekanan dari luar meskipun maskapai tidak dimiliki lagi secara mayoritas oleh negara, juga ketika kita membicarakan maskapai maka kata manajemen disini tidak sama dengan manajemen pada perusahaan lainnya.

Misalnya pada penghasilan, jika pada Perusahaan sumber penghasilan berasal dari produk atau jasa yang diproduksi ataupun diperoleh dengan membeli Rp.1 dan menjual Rp. 2, sumber penghasilan maskapai adalah dari hasil penjualan tiket penerbangan sedangkan penerbangan di sini menggunakan pesawat yang juga merupakan asset serta diperoleh dengan cara leasing yang berarti juga timbul angka pada pos kewajiban atau hutang pada neraca selain dari penyusutan.

Juga manajemen maskapai juga mencakup manajemen armada (fleet management) yang mencakup tidak hanya operasional armada seperti utilisasi pesawat tapi juga pemeliharaan dan perawatan pesawat.

Dalam arti bahwa jika seseorang telah memiliki jam terbang pada tata kelola maskapai (yang benar dan baik) serta mencakup itu semua maka dia akan lebih menggunakan itu sebagai pertimbangan daripada pengaruh atau tekanan lain ketika akan mengambil segala keputusan.

Dan terakhir adalah dengan lepas kepemilikan mayoritas, maka tanggungjawab keberlangsungan maskapai ada pada pundak tim manajemen kepada para pemegang saham, bukan pada negara yang dapat memengaruhi distribusi pajak penduduk negara pada proses pembangunan.

Dengan tidak adanya lagi tangan dari negara maka pergantian tim manajemen tidak harus menunggu pergantian pemimpin negara, justru dapat terjadi jauh sebelum itu karena pergantian akan berdasarkan penilaian kinerja tim manajemen yang dilakukan oleh pemegang saham murni.

Ada sebuah obrolan di kedai kopi antara orang awam yang membahas ketika anak kita mendapat angka merah di rapor maka orang tua akan berusaha sesuatu seperti memberikan les tambahan, namun entah kenapa ketika angka merah di laporan keuangan maskapai, para tim manajemen nya tidak diberi arahan.

Salah satu dari penyeduh kopi kemudian ada yang menyeletuk, sungguh menggiurkan jabatan tim manajemen maskapai ini,dia pun berujar akan mengirim surat lamaran menjadi tim manajemen maskapai ini.

Maskapai memang sebuah perusahaan tapi bukan bank, juga penggunaan istilah 'cash cow' atau sapi perah juga tidak seharusnya diartikan serta diaplikasikan seperti saat ini, melainkan sebagai perusahaan pencetak uang yang lebih banyak dari lainnya sepanjang waktu.

Namun mungkin permasalahannya bukan pada sapi nya tapi siapa yang memerahnya serta mendistribusikannya ?.

Bagi penulis, tawaran tersebut mungkin tidak pernah menghampiri akan tetapi menurut penulis, persyaratan persyaratan yang penulis ulas di atas dapat menjadi resep yang ampuh sehingga apa yang tertulis pada resep itu akan mencakup obat obat yang ampuh pula menyehatkan maskapai kebanggaan nasional negara kami.

Juga mungkin penulis tidak akan kuat menghadapi tekanan tekanan lainnya dari pihak pihak yang sebenarnya tidak memiliki hubungan struktural hanya saja karena masih di bawah kendali negara yang tidak hanya kepemilikannya yang dapat menciptakan tekanan tapi juga pengawasan atau persetujuan dari pihak pihak yang berwenang akan hal tersebut.

Namun demikian, penulis tetap bangga terhadap maskapai nasional kami, bukan karena kepemilikannya tapi bangga kepada nama burung yang menempel pada maskapai ini sama dengan lambang dari negara kami yang tampak gagah dan gahar serta kokoh, namun entah mengapa ketika menempel di maskapai ini justru terlihat sebaliknya.

Mungkin ada sobat dari negara sahabat negara kami yang ingin memberikan masukkan ?.

Salam Aviasi.

Bahan Bacaan :

en.m.wikipedia.org/wiki/KLM

en.m.wikipedia.org/wiki/Cash_cow

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun