Mohon tunggu...
Arsyad Maulana
Arsyad Maulana Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti dan mahasiswa Ph.D di UST, Korea Selatan

Menyukai banyak hal, termasuk matematika, sains, komputer, filsafat, agama, dsb. Belajar sepanjang hayat demi bisa membaca seluruh realita yang diciptakan-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[:\simetri]

15 Oktober 2023   06:00 Diperbarui: 15 Oktober 2023   06:15 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Thuanny Gantuss at pexels.com

Proses pemetaan jalan dalam jalur kehidupannya selalu berakhir pada kehampaan. Sebagai seseorang yang telah tercerahkan oleh kehampaan, Nazir hanya berdiri sebagai pengamat semesta, mengamati bagaimana kelahiran dan kematian semesta tak lebih dari kemunculan dan anihilasi partikel simetris dalam ruang hampa. Ia berduka cita pada mereka yang berjuang dalam kehidupan dan memuji bayi tak bersalah yang dieksekusi karena kelahirannya.

.

Eksistensi takkan meninggalkan jejak. Kelahiran semesta hanyalah kedipan; sebuah titik berdimensi nol dalam simetri kehampaan. Ia merasa kasihan pada hukum dunia yang mengatur konservasi massa dan energi yang berhutang pada kehampaan demi eksistensi yang tak berarti. Nazir hendak meringankan beban dunia dengan melompat dari gedung tertinggi dan mengembalikan jiwanya pada kehampaan. Sesaat sebelum anihilasi ia berpikir, "Apakah kehampaan sesungguhnya adalah ketakterbatasan yang tak teramati?"

.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun